Senin, Desember 21, 2009

Rahasia Pagi Ini

betapa kita kadang terlalu bodoh
menilai seseorang dari kesehariannya
betapa kita merasa terlalu mengenalnya
ternyata kita tak seujungpun mengetahuinya
pagi ini tlah kutemukan
bahwa aku tidak mengenalmu
seutuh-utuhmu lagi

walau aku terperanjat dan berkubang air mata
namun tak sedikitpun aku menyesal mendengarnya
aku tiada berharap padamu lagi
sampai kapanpun
kini aku adalah aku yang sendiri
dan aku harus menggapai masa depanku
tanpamu



mdn; 21 des 09

ketika aku hilang kepercayaan padamu sayang...
maafkan aku...
karena kau bukan seperti yang aku kenal...

Rabu, Desember 16, 2009

CELAH CAHAYA

pernah tidak kau melihat tembok-tembok yang mengungkungmu ?
pongah, menjerat,
sementara kau tak berdaya menjerit ?

pernah tidak kau bayangkan tembok-tembok itu akan rubuh
terburai, tercerai,
hanya menjadi seonggok debu ?
rasa hatimu mengatakan - tak mungkin
mustahil saja !

jika tembok-tembok itu terlalu nurjana
hanya ada rasa betapa kerdilnya aku
betapa tak berdaya nya aku
memimpikan kerubuhan itu pun aku sudah bergidik
tak mungkin !
rasa itu smakin kuat merayap

namun, dari satu pikiran yang bebas
tak ada kata mustahil ,pikirnya
jika kepongahannya terlalu mencekik engkau
mungkin mencari celah cahaya di lorong tembok adalah jawaban
ya carilah celah cahaya di lorong tembok itu
carilah terus
berusahalah terus
segeralah temukan !

jika kau telah temukan
biarkan jiwamu melewati celahnya
ikuti - tanpa menoleh lagi
aku telah melakukannya
dan aku akan menunggumu di balik nya
selamat datang kebebasan


mdn; 16 des 09
*ketika aku tlah menemukan cahaya kebebasanku dan aku terlalu bahagia untuk meratapinya*

Sabtu, Desember 05, 2009

Menunggu si Hijau ku

Ketika busa merah jambu memucratkan warna di dasar warna hijaumu
Seperti kue lapis dua warna terlihat
Sebentar tungganganku terlihat amat menyelerakan
"Lucu jadinya warnanya" gumanku
"Mungkin rasa strawbery"lanjutku lagi
Dia tersenyum dengan simpul manis mendengar gumanku
Tak lama tangan-tangan cekatan memainkan kain ke kiri ke kanan
Seperti gemulai orang sedang berdansa
Mengikuti irama cucuran air
Hup ! semburan air memecah tatapanku
Deras menghantam si hijau tuaku
Sebentar lagi kau akan kelihatan cantik dan wangi lagi, sayang ...

Mdn; 05:12:09
Pada suatu pagi, berdua menunggu di bengkel sehat mencuci mobil kami; si hijau-
Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Senin, November 16, 2009

PEREMPUAN ITU MASIH DI SANA

PEREMPUAN ITU MASIH DI SANA
Liany Ruth Toepang

Perempuan itu masih disana, memakai kaus biru, dengan bawahan kain sarung sedikit buram warnanya tanda telah dimakan waktu. Anak rambutnya berterbangan pelan menahan teriakan angin sore ini. Rambut ikalnya dijepit dengan mainan rambut mirip bunga kamboja palsu, biru muda. Matanya lurus menatap ke laut lepas. Sore ini ombak laut lepas masih semangat menampar-napar wajah batu karang sambil memercikan buih-buih air ke arah celah-celah tebing.
Uluwatu masih saja menimbulkan aroma laut yang terlalu amat kucintai. Setiap tahun ritual menyinggahi daerah ini telah melayakkan aku menjadi seorang pemuja tempat bernama Uluwatu. Sore ini masih seperti tahun-tahun yang telah lewat, aku kembali hadir disini, menatap air laut dipermainkan ombak, menatap langit seperti tak bertepi, seraya menanti senja mulai kembali membawa mentari pulang ke dasar laut. Dan gadis itu untuk kedua kalinya kulihat sejak kali pertama ku bertemu dengannya di sini. Masih seperti tahun lalu, berdiri menatap laut, diam dalam bisunya angin.
“Sendirian Mbak ?”, kucoba memecahkan kesunyian di sisi tempat kami berdiri menatap laut.
Perempuan itu jawab dengan anggukan pelan sambil menatapku,memalingkan wajahmu kembali menatap lurus ke laut lepas. Itulah pertama kali kulihat mata indahmu.
“Aku suka wangi laut, dengan terpaan semilir angin menyapa lembut kulit wajahku”, itulah kali pertama kudengar suara lembutmu, setelah pertanyaan awal ku menyapa mu mendiamkan aku cukup lama.
“Ditambah hangat mentari yang sebentar lagi akan kembali ke peraduannya”, lanjutmu sembari tersenyum padaku. Ah, indah nian senyummu.

Wajahnya tidak cantik, amat sangat sederhana malah. Tapi tatapan matanya yang lembut dengan mata indahnya yang bersinar, serta sunggingan senyum rendah hati diiringi suara merdu nya, alangkah aku amat bersyukur telah sempat bersisian dengan perempuan ini. Aura kecantikan dari dalamlah yang meronakan wajahnya dengan kedamaian.
Pertemuan yang hanya sekejab, tanpa sempat menanyakan nama dan asal-usul, sebentar kau telah meninggalkan sisi tebing ini, setelah mentari tenggelam di ujung lautan. Tanpa berpamitan, kau meninggalkanku, yang masih termangu menyaksikan bola api raksasa seperti tenggelam ke dasar laut. Aku yang masih amat takjub menatap sunrise, tersadar kau telah jauh berjalan disisi tebing yang lain, pelan perlahan langkahmu amat teratur terlihat dari kejauhanku.

Bagiku Uluwatu bukan hanya sekedar tempat menikmati laut dikelilingi tebing.. Bagiku Uluwatu bukan hanya tempat menatap mentari pulang keperaduannya. Bukan juga karena keindahan kecak api menari-nari lompat-melompat menyambut sang malam. Bagiku Uluwatu adalah lambang kesetiaan. Dimana aku pernah tidak sendiri disini, dulu.

Mata teduh itu membuat aku lupa akan semua pergumulan bathin yang menyiksa hari-hari ku. Apa yang membuatku tersengal-sengal ketika tak ada asa lagi dihidupku, mata itu telah meruntuhkaan seluruh rintihan di urat-urat nadiku selama ini.
“Lihat ombak itu, sejauh apapun dia pergi, pastinya dia akan kembali ke pantai, menyapa pasir-pasir disana, dengan buih-buih samudra yang menuntun nya pulang ke rumahnya, walau hanya sekejap pun dia tetap akan pulang”, kata-kata yang merubah persepsiku tentang kesetiaan.
Bagiku selama ini kesetiaan hanya sepotong kata yang terdiri dari huruf mati dan hidup, yang tak berarti apa-apa, hanya kebetulan dapat dirangkai menjadi satu . Kesetiaan adalah semacam kutub terbalik yang selalu tidak ingin mendekat padaku.
“Bagi ku ombak adalah lambang kesetiaan”, lanjutmu.
Aku tersenyum pahit mendengarmu waktu itu.Agak lama kucerna kalimat mu tadi. Namun seperti yang kukatakan , kalimatmu telah merubahku. Apalagi sejak hari itu, kebersamaan kita tak terpisahkan. Waktu yang sebentar membuat kita begitu dekat. Betapa aku merasa aman di dekatmu, padahal kau bukanlah siapa-siapaku. Tebing ini , tebing Uluwatu ini menjadi saksi bahwa kita pernah berdua disini, menghabiskan waktu kita yang sementara. Sementara ? Ya , sementara. Akan ada waktu untuk mu untuk kembali. Kita berdua dengan keterbatasan kita, betapa amat inginnya menghentikan sang waktu, biar kita tetap berdua disini selamanya. Andai waktu bisa membaca pikiran kita, dan sedikit berbaik hati menghentikan detik demi detiknya waktu.
“Aku tidak bisa sering-sering kemari, mungkin harus kita terima kenyataan ini. Tapi jika kau mau, datanglah setiap tahun di hari yang sama seperti hari ini, aku akan datang , berdiri menatap laut dan iring- iringan gelombang. Seperti itulah kesetiaan ku padamu”, itulah kata- kata permintaanmu kita.
Dan kata-katamu itulah yang kupegang sampai detik ini. Bertahun-tahun aku selalu datang tepat di hari kau mengatakan kata terakhirmu. Dan bertahun-tahun pula aku tidak menemukan kau ada disini.

Sore ini, hari ke dua ku, kembali aku menemukan perempuan itu, masih dengan kaus biru kali ini tidak dengan bawahan sarung, namun seperti kain panjang yang dililitkan di pinggang. Anak rambutnya masih berterbangan. Rambut ikalnya masih dijepit dengan mainan rambut seperti bunga kamboja palsu, biru. Dia masih menatap ke laut, diam dalam bisu nya angin.

“Sepertinya kamu sedang menunggu seseorang,” dia yang menyapaku kali ini .
“Apakah aku seperti sedang menunggu seseorang ?”, kali ini suaraku keheranan dan sedikit malu karena mengetahui tujuanku.
“Aku melihat kau menatap tarian gelombang begitu serius. Seperti kau pernah ikut bersamanya.Kau begitu larut , sungguh kau seperti ingin cepat sampai ke pantai”
“Aku mencintai gelombang. Bagiku gelombang lambang kesetiaan.Dia akan pulang walau sebentar, dan akan kembali lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama”, jawabku lirih. Sedikit tercekat mengucapkan kalimat terakhir, karena selintas aku seperti melihat bayanganmu di lautan sana.
“Gelombang memang lambang kesetiaan, namun kekuatannya juga bisa amat menyakitkan. Dia bisa datang secara lembut, namun juga bisa menamparmu dan mencampakanmu ke dinding tebing”, kalimat mu menusuk hatiku,
“Pulanglah, jangan pernah datang lagi ke sini, dia telah pergi untuk selama-lamanya. Aku istrinya, aku telah tahu semua tentang kalian. Tahun lalu aku ingin menegurmu dan menyampaikan pesan dari nya. Namun aku takut aku salah orang. Aku kembali lagi tahun ini, tepat di hari kalian bertemu terakhir kalinya,” lambat laun aku tak mendengar lagi perkataanmu, aku telah limbung, pikiranku kembali kepada mu, aku seperti melihat tatapan matamu yang hangat. Dan kalimat- kalimatmu tentang gelombang benar-benar telah menghantamku dengan amat kuat, aku terjatuh dan tercampak diantara tebing Uluwatu.


Medan; 16 November 2009

SURTI

SURTI
Liany Ruth Toepang

Aku menatap jendela. Gerimis masih meliuk mengikuti irama angin. Pagi ini terlalu amat dingin.Kutarik syalku, kurapatkan, wangi kayu putih disyalku masih tercium, sisa sapuan tadi malam yang lebih dingin dari pagi ini.
“Surti”, panggilku
“Iya Bu,” tergopoh-gopoh Surti mendatangiku. Selalu dia begitu jika ku panggil
“Hari ini kau tak usah masak, beli saja lauk di warung Uda Kapau, rambutmu perlu dirapikan, sekaligus creambath saja, pulang dari salon kamu beli ayam gulai, paha, 5 potong, gulai sayur paku dan perkedel 5 potong,jangan lupa sambel ijo nya.”
“Iya Bu,” lirih Surti menjawab, seperti biasa dia selalu menunduk tak pernah menatap mataku.
“Pergilah , ambil uangnya di dompet ku seperti biasa”, ku biarkan dia pelan berjalan menunduk meninggalkanku

Surti, gadis desa Bambu, 20 kilometer dari kampung nenek ku di Bengil, harus melewati sungai berjalan kaki, dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati hutan bambu, disanalah dia dijemput nenekku ketika masih berusia 12 tahun. Surti gadis desa dengan wajah polos anak desa yang baru bertumbuh pada waktu itu, dengan kulitnya yang agak lain dibandingkan teman-teman sekampungnya, kuning gading, bersih tak bercacat.Anak yatim piatu, dibesarkan oleh ibunya yang tak jelas suaminya, meninggal karena terlalu lama menderita luka bathin. Awalnya Surti hanyalah akan menjadi penjaga rumah kami, karena aku baru menikah dengan Bram suamiku dan Bram sering meninggalkanku karena tugasnya sebagai pilot di salah satu maskapai ternama waktu itu. Ditambah lagi aku masih sibuk mengejar karierku dan sekaligus mengejar waktu untuk kuliah menyelesaikan thesis S2 ku.
Namun karena kesibukanku dan dia lebih sering tanpa kegiatan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, aku memutuskan untuk memberikan kursus masak dan menjahit di dekat rumah kami, daripada dia kesepian di rumah sendiri. Walaupun kursus menjahit hanya diterapkan untuk menjahit baju-bajunya saja ataupun menisik baju-baju kami yang terlepas kancingnya, bagi dia sudah teramat bangga. Tak pernah sedikitpun dia meminta ijin aku untuk menerima jahitan dari tetangga walapun pembantu tetangga dekat rumah kami sudah sering mendesaknya. Surti telah kuanggap sebagai adikku daripada pembantu kami. Waktu berlalu , namun dia tetap polos seperti gadis desa. Kesantunannya tak berubah sampai sekarang. Dia amat tahu diri dan tak pernah sekalipun melawan atau berkata kasar padaku. Apapun dilakukannya dengan tulus. Aku amat sangat menyayanginya.

Kesibukanku mengejar karier dan menyelesaikan S2 , menuntutku untuk mengikuti ritme waktu yang tiada dapat terkejar. Apalagi bukan mudah tinggal di Ibu kota dengan separuh waktu dihabiskan dijalan belum lagi harus berhadapan dengan banjir dan kemacetan. Atas kesibukanku yang luar biasa, kami berkomitmen untuk menunda kehamilanku. Bram , seperti biasa, adalah pria yang menuruti apapun kemauanku. Apalagi waktu nya tersita dengan jam terbang yang tidak bisa senantiasa menemaniku.

Hingga akhirnya tak terasa sepuluh tahun berlalu, dan kami baru menyadari bahwa kami terlalu sibuk sehingga melupakan rumah tangga kami. Apa yang kucari selama ini tak habis-habisnya dapat memuaskan keinginanku. Bram mulai menuntut aku untuk memiliki anak. Jujur kukatakan, dalam hati aku pun rindu akan suara anak kecil di rumah ini. Rumah sebesar ini, dengan kamar-kamar yang kosong, rasanya hampa dan sunyi. Sepuluh tahun aku melupakan kodrat seorang istri adalah melahirkan, dan aku terlalu bodoh baru menyadarinya sekarang.

“Maaf Bu, kami telah memeriksa amat sangat detail, hasilnya tetap sama,” Dokter Lim sekali lagi menegaskan hasil diagnosanya, ketika aku kembali ke ruangan prakteknya untuk kesekian kali
“Tidak ada cara lain Dokter, apa kek, sekarang kan sudah jaman canggih, mestinya dokter punya alternative lain,” suara ku bercampur mendesak dan memelas. Ada nada hopeless disana
“Jika ada cara lain, pasti sudah saya sampaikan Bu Bram.Sekali lagi maaf.”
Gontai aku menyeret langkahku. Hatiku benar-benar remuk dan bercampur penyesalan. Andai aku tau lebih awal.Andai aku tidak menunda-nunda kehamilan setelah pesta pernikahan kami dulu. Andai, andai, andai….Kalimat itu terngiang-ngiang di telingaku, bergema memenuhi ragaku
“Kita pulang saja”, Bram merengkuhkku pelan membawa ku pulang
Aku mandul dan tak mungkin punya anak, bahkan kanker ovarium stadium 2 telah mengharuskan agar mengangkat rahimku saja, toh aku mandul dan tak mungkin punya anak. Betapa aku menjadi orang paling kerdil di dunia ini. Bram seperti biasa, terdiam, tak berkomentar apa-apa, mengelus lembut rambutku dan setia mendengar isak ku , mobil melaju membawa kami pulang.



“Hm..melamun lagi, “ Bram memelukku dari belakang. Selalu ada senyum di balik wajahnya yang menawan. Sudah berapa lama dia disini memperhatikan ku melamun.
“Baru sampai?,”jawabku pelan menyambut tangannya yang menggenggam. Ciuman lembut di kedua punggung tanganku adalah obat kerinduanku.
“Baru saja, pintu depan tidak dikunci, kemana Surti ?,” tanya Bram mengalihkan tatapanku.
“Sebentar lagi dia pulang, aku suruh beli lauk kesukaanmu, ayam gulai dan sayur paku, kau ingin mandi dulu atau …?”, tak kulanjutkan pertanyaanku. Karena kudengar bunyi pintu ditutup dari arah samping. Genggaman tangan Bram merenggang, dengan sedikit gugup dia menjawab akan mandi dulu.

Seperti biasa, jika Bram pulang dari dinasnya, malam-malam pertamaku tidaklah terlalu lama, karena malam-malam berikutnya, aku hanya kembali duduk tertegun menatap awan-awan langit nan hitam, jika ada cahaya bulan pun, aku hanya mampu membuang mukaku, malu dengan tatapan matanya yang seakan mengejekku atau malah mengasihaniku. Di kamar belakang, Surti dengan segala kepolosannya menemani suamiku demi seorang keturunan untuk kami kelak.

Mdn; 16 November 2009

Gerimis Pagi Ini

Gerimis kau datang terlalu pagi hari ini
Nadamu masih seperti pagi yang lalu
Ada melodi yang membawaku serasa ingin menari
Meliuk mengimbangi gemulaimu

Gerimis kau datang terlalu pagi hari ini
Sehingga embunpun enggan melepas selimutnya
Terlalu dingin ingin merapat erat kembali
Dengan dia yang telah kembali tadi malam..

Mdn ; 16 November 2009

*oh senangnya bantal gulingku merangkap tukang garuk punggungku tlah kembali td malam *

Sepenggal Hati yang Tetap Mencari

Dan biarlah…
Aku menangisi bayang-bayangku saja
Hati nan remuk
Rintih pilu menjerit dari sukma terdalam ini
Aku hanya menangisimu sebentar….
Langkah-langkah yang tertatih
Harus cepat diselesaikan sampai tujuan
Walau garis akhir masih tersembunyi di balik bukit
Biarlah kuseret dengan tatihku yang getir

Aku masih mencari, mencari bayangmu
Lama aku terpaku dalam diam
Sementara hati ini tlah berketetapan
Apa yang ku hadapi mesti ku akhiri
Dan harus kugiring kakiku mencarimu
Masih jauh, masih jauh sampai kapan ku melangkah ?
Di balik bukit samara-samar ku lihat wajah awan memandangku
Seakan berkata, berjalanlah , bergegaslah
Ada yang menunggu mu disini

Aku sudah disini
Dan tetap menangisi bayang-bayangku saja
Aku tak menemukanmu disana…


Mdn 16 November 2009

*Sepenggal hati yang tetap mencari *

Senin, November 02, 2009

KEPUTUSANKU

Inilah aku
telah sampai jua aku
pada titik yang tak mungkin kubuat mundur

inilah aku
telah memutuskan
yang mana aku akan mundur
segera

karena aku tau
di balik sana
banyak kehidupan yang sudah menungguku

aku akan menghentikan waktu ku di sini


mdn; 2 nov 09

Minggu, November 01, 2009

Zalim

Mungkin sudah puncakku
Menangisi kekesalan ini
Aku begitu buak dengan penyiksaan batin yang kuderita
Muak merasakan tawa lepas kalian jika aku kalah
Muak melihat kedengkian kalian atas ku
Muak menerima kepalsuan yang kalian cecarkan
Mungkin memang kalian ingin aku berdarah
Dan akan tertawa puas jika tlah menikmati kesakitanku
Bahkan mungkin kalian ingin memenggal kepalaku sekalian?
Dan menikmati potongan tubuhku layaknya burung bangkai

Aku tlah begitu muak dengan kalian semua
Aku ingin pergi saja
Terbang ke tempat yang lebih layak
Dimana disana kan kutemukan damai


Mdn ; November paling awal di thn 2009

Ktika aku memutuskan akan meninggalkan kezaliman yang tak berkesudahan di sini
Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Selasa, Oktober 27, 2009

Selembar kertas untuk Negri ku

Barangkali mereka tidak berharap semua akan jadi begini
81 tahun yang lalu , dengan semangat kebangsaan yang tengah berkobar
hanya ada satu kata di lubuk hati terdalam "Persatuan Indonesia"
Jika waktu itu mereka tahu akan begini
Akankah mereka mengobarkan semangat bersatu mereka ?

Negri ini masih punya harapan
Jika kembali kepada fitrah Sumpah Pemuda
Sumpah yang dikumandangkan dengan rasa cinta negri yang berkobar-kobar
Bahkan darah dan nyawa adalah taruhannya
Seluruh anak negri ketika itu berkumpul
Menitahkan tiga sumpah :
mengaku bertumpah darah yang satu,
mengaku berbangsa yang satu,
menjunjung tinggi bahasa persatuan
hanya untuk dan dalam nama Indonesia

Jika demikian
Negri ini hanya perlu mengobarkan SUMPAH itu kembali
Mengalirkan SUMPAH itu di nadi-nadi terhalusnya
Meresap sampai ke sukma-sukmanya

Kita pasti mampu
Kita pasi bisa
Titah SUMPAH adalah mudah jika kita mau mengakui bahwa :
Tidak akan ada lagi perbedaan
Matilah diskriminasi
Enyahlah darah-darah asing, yang semakin deras mengalir di sukma-sukma negri ini
Kobarkan rasa persatuan
Suarakan bahasa kita yang benar
Dengungkan cinta negri ini

Marilah-
Mulailah-
Hari ini,
81 tahun yang lalu
adalah bukti
bahwa INDONESIA
adalah milik kita
sampai selama-selamanya



Medan 28 Okt 2009

Mengenang Sumpah Pemuda 28 Okt 1928
Mencoba mengobarkan kembali semangat kepemudaan yang semakin hilang gaungnya
Mulailah dari diri sendir...

Senin, Oktober 12, 2009

SOLEDAD

Sungguh aku tiada mengerti
mengapa hatiku merasa kan ini
kesepian diantara keramaian
sepertinya aku mengalami depresi ringan
sungguh amat terlalu
memiliki perasaan seperti saat ini
bukan sesuatu yang dapat di mengerti
apalagi dinikmati
aku ingin...
soledad..

Rabu, September 16, 2009

40 HARI ( RIP RENDRA )

Sudah 40 hari Pujangga ku
Sebenarnya ketika aku tulis ini, ini hari ke 42
Ketika benar-benar tlah 40 hari kau pergi,
Sebenarnya aku ingat dan ingin menggoreskan sebait syair rindu untukmu
Sayang hari itu ragaku terlalu letih dan tertatih merintih
Aku hanya sempat mengirim sejumput doa untuk mu di surga
Kuharap doa itu tlah sampai
Dan telah kau Amin kan
Allah kita yang rahmani tlah menyambut kepak sayap mu di sana bukan ?
Para malaikat mungkin tlah mengelilingimu
Berebut menunggu tak sabar mendengar syair-syair damaimu
Apakah mereka mengerti ?
Apakah kau ingin mereka mengerti ?
Sebenarnya syair mu apapun itu, tak perlu dimengerti
Karena setiap bait nya adalah indah dan berarti

Kiranya 100 harimu nanti, aku masih ingat untuk merangkai kata-kata untukmu
Hanya itu saja yang aku punya
Aku tak memiliki apa-apa untukmu
Karena Pujangga sehebat engkau, aku tau, kau slalu ingin aku bersyair
Senantiasa...


mdn- disinggasanaku - 160909
Mengenang 42 hari kepergianmu RENDRA

Kamis, September 03, 2009

BERLALU

sesuatu yang terasa kali ini
mungkin aku tak perlu munafik
ada yang lain sejak kali terakhir pertemuan itu
mata yang sarat makna-
itu hanya kenangan dulu
aku harus meyakinkan diriku
bahwa semua telah berlalu
rasa itu sudah mulai,
menghilang di tengah angin
adakalanya aku masih tergoda untuk meyakinkan diri
tapi terlalu amat jauh aku menempuhnya
tak dapat kupungkuri lagi
yang kuharap tlah berlalu
tak utuh layaknya sedia kala
aku yang terlalu munafik
aku harus mengakui
aku harus berbalik
aku harus
harus...
semua sudah berlalu....


mdn 030909
*tatkala hati ini teramat lelah berandai-andai*

Rabu, Agustus 26, 2009

Dawai hati yang merindu

Dawai hati melagu rindu
Sayup-sayup
Ada aku merindu di sini...
Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Jumat, Agustus 14, 2009

Letihku

Aku beranjak seraya menatap matahari yang nyaris memejamkan matanya
malam ku tlah kembali
Lelahku tlah menungguku pulang
Diluar masih gerimis
sisa-sisa air mata langit tadi sore
Aku yang dingin
menahan rasa ini
Ketika letihku menjerit-jerit
Menjerit karna ragaku yang terkoyak
aku ingin segera merebahkan diri
Letih ku ini amat terlalu..

mdn;140809



Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Kamis, Agustus 13, 2009

Tuhan,Kuatkan Aku

Rasa ini sungguh aku tidak kuat lagi ya Tuhan
Airmataku nyaris kutahan
Jemariku erat menggenggam kain ini
Panas memenuhi punggungku
Sakit sekali ya Tuhan
Seperti godam menghantam kulitku
Sekujur tubuhku menjerit-jerit
Kembali aku mengiba
Ditengah perih nyeri ku yang luar biasa
Tuhan, Kuatkan anakmu ini
Tuhan, Kuatkan aku


Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Jumat, Agustus 07, 2009

PERGINYA SANG PUJANGGA

Aku menangis dalam senyap
Tak sampai tersedu
Hanya berkaca kaca
Terdiam aku ,
lama
Larut aku,
sejenak

Pagi ku tlah hilang
Ragaku disini
Namun jiwaku melayang
Ikut menemani kepak sayap mu
Mengantarmu sampai ke pintu surga

Aku berbalik
Sudah selesai
Aku pulang guru
Aku menunduk,
lama
Kemudian berpaling,
sejenak
Kulihat kau dari balik bahuku
Kau tersenyum dalam damai
Selamat jalan sang Pujangga
Kuantar kau sampai ke pintu surga…

Mdn; 070809

Duka utk WS Rendra,
Guru sekaligus Sahabat yang tak sempat ku kenal
RIP 070809 dalam usia 74 Thn

Kamis, Agustus 06, 2009

TAKDIRKU

pada satu titik yang sunyi
hanya degup jantungku saja yang kurasa
aku mau menangis
namun kutahan

andai waktu dapat kuputar kembali
aku saja pasti masih disini
ya,
waktu diputar pun aku juga begini
tiada yang dapat menahan waktu
apalagi memutar balikkan

aku masih berdiam diantara titik sunyi ini
sebentar ku hela napas panjang
sebentar ku rapatkan mata, lama..
sebentar ku berkaca-kaca
betapa aku harus kuat
menyikapi porak porandanya hatiku kini

Tuhan,
jika aku masih sanggup berteriak
bukan waktu yang kuminta diulang
tapi tolong kembalikan takdir ku
takdir dengan jasmaniku utuh
aku mohon..
dan hanya minta itu saja
sembuhkanlah aku Tuhan...
aku mengiba padaMu kali ini

KECEWA

sangat ingin aku merentangkan hatiku selebar-lebarnya
meluaskan rongga sepanjang yang ku mampu
namun jika aku terlalu berharap banyak
sehingga rentangan ini seperti sia-sia
mungkinkan aku diam dalam ratapan ?
aku terlalu kecewa menikmati kenyataan ini
begitu mudahnya aku berharap
demikian lah aku kini
kepedihan yang membuncah
aku malu pada diriku sendiri
mendustakan kata hatiku
seakan berlapang dada dengan kerentangan tadi
ternyata aku masih terlalu kerdil
aku tlah sakit hati...

Senin, Agustus 03, 2009

Mimpi

Lorong-lorong yg panjang
Gelap dan dingin
Bau tanah basah
Lembab
Hanya ada cahaya rambutku

Lorong-lorong kulalui
Melangkah mengikuti rasa
Rasa ingin tau
Kudengar suara air
Sepertinya di ujung lorong itu

Kakiku gontai menahan awas
Ada dimana AKU?
Sebentar aku merayap
Sebentar aku berdiri
Sebentar aku bergelut

AKU ada dimana ?

Lorong-lorong ini belum berakhir
Air gemericik suaramu semakin dekat
Tercekat aku terdiam
Air yg kudengar tadi sudah kutemukan
Berdiri AKU masih
Dingin tak bergeming
Air itu merah darah...


Mdn; 3 8 2009
Dalam sunyi aku mengiba mimpiku jangan menjadi nyata

Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Jumat, Juli 31, 2009

JULI PUN BERAKHIR

ada damai
ada jerit
ada asap
ada sontak
ada bendera
ada bola
ada kembang api
ada champagne
ada rindu
ada sakit
ada virus
ada bom
ada dusta
ada sekolah baru
ada rejeki
ada umur yang baru
ada kepergian
ada kelahiran
ada penghianatan
ada air mata
ada senyum merekah
ada pemenang
ada pencundang
ada daun kering

juli ku pun berakhirlah

GOD PROMISE

God didn't promise days without pain,
laughter without sorrow,
sun without rain,
but ...
He did promise strength for the day,
comfort for the tears,
and light for the way.


If God brings you to it,
He will bring you through it.

PERIH

ada yang hilang berapa lama
sepi ku masih ada
diantara luluh lantak raga ini
sepotong jiwaku merintih
perih...
bilur-bilur ku masih bernanah
seonggok daging ku masih menyimpan pedih
aku terbaring tak berdaya
mungkin untuk waktu yang lama

Kamis, Juli 23, 2009

NAIF

Matahari berbisik ditelingaku
Sudahlah,
jangan dipikir lagi
memang pantas kecewa
namun hari masih panjang
tak baik menekuk mukamu seperti ini

Aku bergeser menjauh

Matahari berbisik kembali ditelingaku
Kuakui kau terlalui naif
tapi itu manusiawi
wajar kau berharap
namun, tak pantas kau larut

Aku mendongakkan kepalaku
Kubisikkan :

Matahari,
Aku kecewa,
aku terlalu naif
berharap terlalu tinggi
sungguh aku tak percaya
waktu tak berarti menjadikan kita menjadi dewasa
aku kecewa padanya
melemparkan emosi tidak pada tempatnya
tak pantas amarahnya

Matahari berbisik pelan
Lupakan,
hari masih panjang
tak ada gunanya menyimpan gundah di hati
senyumlah





mdn; 240709

"ketika aku kecewa pada seorang yang kuanggap kawan"

Selasa, Juli 21, 2009

Berkabung

Kabut pagi ini

Seakan menegurku

"Seharusnya mereka pantas dihormati"

Apa maksudmu,kabut? - kubertanya

Jiwa-jiwa yang meninggalkan kita

Jumat kelabu pagi itu

Ketika ledakan menghacurkan raga

Sudah sewajarlah kita menghormati mereka

Dengan apa? kembali kubertanya

"Kibarkanlah bendera setengah tiang"

Ya, jiwa mereka pantas menerima ini

Namun bendera itu belum kuliat sampai sepagi ini

Kabut berguman,

"Kaulah yang memulai"



Mdn ; 21 juli 09

Hari ke 5 mengenang korban jw marriot n ritz carlton jkt

Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Senin, Juli 20, 2009

Selalu Ada Cinta

Waktu tak pernah menunggu
Penantian kan sia-sia jika berharap
Rasa apa jua adanya
Nikmati saja dan lalui terus
Elok waktu kan berjalan
Sambil berharap asa menunggu di depan
Jika kita masih setia disini
Tak ragu kuberkata
Selalu ada cinta
Karena itu aku ada selalu disini
Bersamamu
Menemanimu
Sampai waktu kita nanti berhenti

Mdn;20 juli '09
Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Sabtu, Juli 18, 2009

Dan Elang itu Pulanglah

Dan pucuk-pucuk daun kembali bergoyang

Sepertinya dia mengiringi kepulangan kita

Jalanan hitam yang kini kutapak

Datar nian tak bergelombang



Dan angin basah desau merayu

Bersenandung iring langkak kakiku mengayun

Pelan namun pasti kita melangkah

Senyum mekar tersungging

Tawa derai terburai



Dan aku kini masih melenggang

Menikmati masa lalu yang kini di depan mata

Aku pulang tidaklah lama

Namun sepotong hatiku

Menari-nari bergembira



Dan lihatlah

Anak-anak elang ini

Mengepak sayap nya pulang ke sangkar

Rindu tlah terlalu lama kutinggalkan

Kerinduan ini tlah terlalu menjadi beban



Dan elang ini kini

Pulang dengan sayap yang dewasa

Sungguh berbeda ketika sayap kami masih lemah

Ketika itu kami masih teramat muda

Tinggal di sarang milik ibuku



Dan biarlah kuselesaikan saja

Kepak sayap kami berhenti sebentar disini

Sambil menghela napas sebentar

Namun sadar bahwa kami tetap harus berangkat



Dan pucuk-pucuk daun masih bergoyang

Kepak elang siap-siap kembali pulang

Namun sepotong hati yang telah merindu ini

Kan tetap mengenang

Kan tetap meninggalkan

Rindu itu disini

Disarang tempat kami dulu terlahir

Dan berucap aku kan membawa kenangan ini dihati kami,selamanya



Mdn ; 180709



Rindu napak tilas ke kampungku





Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Jumat, Juli 17, 2009

PUISI DUKA UNTUK SAHABAT KORBAN BOM JW MARRIOT 2 & RITZ CARLTON JKT 170709

bulan depan-
tepat tanggal yang sama seperti hari ini
rakyat kami akan pesta panen raya ,
merayakan enampuluh empat tahun panen raya ini
seharusnya akan banyak kembang api
yang bertabur di langit
menyaingi binar cahaya bintang
namun hari ini-
kami berduka
berduka karena ladang kami telah dirusak
dimusnahkan seketika
oleh hama dan wabah kejam nan biadap
tak bersisa yang akan dituai
tak bersisa yang akan disemai
keringat yang berpeluh di lengan kami selama ini
sungguh seperti tak berarti apa-apa
ladang ini adalah raga kami
ladang ini adalah jiwa kami
sungguh nista hama dan wabah ini
memusnakan harapan
untuk suatu pesta raya yang pantas dikenang
ya,ladang kami telah musnah
tak bersisa apa-apa
namun , kami harus tetap menuai
besok, kami akan menanam
agar panen raya dapat kami nikmati lagi
kelak ...


mdn-17 Juli 2009

Kebiadaban-kebencian-harus dimusnakan dari kaki langit

Kamis, Juli 16, 2009

MALAM INI AKU BERPESTA

bagai lampu-lampu pohon natal
yang berwarna warni berkilauan
seperti itulah kilau hatiku saat ini
jantungku berdebar
berdegup tak berhenti
seperti mengikuti irama lagu disko
yang bertaut-taut bunyinya
sungguh akan memekakkan telinga
namun adrenalinku berpacu seru
tak sabar aku menunggu
memakai baju baruku
stileto menunggu kakiku
berderak derak lantai nanti kan ku hentak
waktunya berpesta
sebentar lagi
akan datang waktu buat kita
malam ini kau kusambut dalam pesta raya
pesta menyambutmu kembali
yang tlah lama pergi
ku tak ingin malam ini berakhir sayang...



mdn; 16 juli 2009
*menunggu 3 abangku yg akan pulang kampung malam ini*

Selasa, Juli 14, 2009

KULIHAT BAYANGMU DI TIKUNGAN

mungkin aku terlalu merindu
hampir saja aku terjatuh,
terkejut..
ada bayang berkelebat
bayang itu seperti dirimu
yang kurindu
terlalu rindu

kukejar bayang itu
terlalu melesat
bahkan bayangku pun tak sanggup berkejar
hampir terjatuh lagi
masih ku kejar
masih ku buru
kau terlalu cepat
dan makin menjauh
menjauh sudah
persis kali ini
kulihat bayangmu di tikungan
sekilas tersenyum dingin
sepertinya kaupun merindu
namun tak berdaya
kau semakin jauh
jauh-
jauh-
jauh-
aku menatap hampa...


mdn;140709
awan gelap menggantung-memporakporandakan rasaku

Senin, Juli 13, 2009

Kulihat Pelangi di Langit Malam

Mengapa malam ini cerah ?

Mengapa merdu angin berlagu ?

Bersenandung pujian tuk pujangga malam kah ?

Wajah bulan bersemu merah muda

Bintang berkelap-kelip keperakan

Malam ini amatlah cerah

Kaki langit bertabur bunga merah marun

Tangga langit bertapak beludru ungu

Wangi alam malam bak cendana pualam

Indah sungguh indah

Malam ku amat lah indah

Tlah kulihat pelangi di langit malam

Tepat di ujung sudut kerling mataku

Aku meronta dalam bahagia

Terpesona...



Mdn;130709









Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Sabtu, Juli 11, 2009

Beranda Belakang Rumah Kami

Ada dua bangku usang

Yang slalu menemani kami

Di sela waktu rehat

Menikmati rumput hijau

Ditemani semilir angin

Yang melewati dedaunan pokok mangga dan rambutan



Ada dua ekor anjing kami

Hanya anjing kampung biasa

Yang berwarna coklat dan hitam

Setia menunggui kami

Sambil mengibas-ngibaskan ekor mereka



Ada dua bola lampu

Menemani kami dikala senja turun

Menerangi kami tatkala bulan dan bintang

Masih belum menampakkan wajah mereka



Kami sangat menikmati waktu kami

Di beranda belakang rumah kami ini

Walau tak luas

Namun sejauh mata memandang

Beranda ini adalah saksi

Bahwa kami sering duduk berdua disini

Menikmati nyanyian angin

Menikmati tarian hujan

Menikmati rembulan dan bintang yang menatap kami malu-malu





Aku di beranda belakang rumah kami

Mdn 11 jul 09





Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Rabu, Juli 08, 2009

Tarian Ilalang

Ilalang gemulai meliuk
Mengikuti irama angin
Yang bersoneta membahana
Melagukan melodi merdu
Dendang pesta kemenangan
Senyum puas ilalang tersungging
Amat manis dan berkharisma
Sungguh aku bahagia
Menyaksikan tarian ilalang
Walau peluhku berkeringat
Kuikuti dalam gerak dendang angin
Ikut bergemulai
Ikut meliuk
Ikut tersenyum
Oh puasnya..
Merayakan pesta kemenangan ini..

Mdn-8 Juni 09

18.25 WIB
58.51% quick count to SBY
Selamat Pak...
Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Jumat, Juli 03, 2009

PULANG (2)

Siluet indah meliuk di awan
Tanda senja mulai menyapa
Kucoba langkahkan kaki yang lesu
Letih hari ini seperti tak berkesudahan
Jiwa ku seperti labil
Asa ku surut mengkerut
Gontai adalah irama ku
Aku mengharap ada fatamorgana disitu
Mengharap dia menyapaku
Namun tak kudengar panggilan nya
Tarikan napas kali ini seperti pilu
Entah rasa apa ini ?
Masih ku termangu disini
Aku ingin pulang
Ruh ku sangat merindukanmu…


Mdn-030709

Rabu, Juli 01, 2009

“pulang”

di penghujung senja
kembali ‘ku dihantar jingga
dengan redup warnanya
menghantar ‘ku pulang
membawa jiwaku
‘tuk bersandar kembali
ke haribaan malaikat kecilku
oh lelahku – oh penatku
aku begitu rindu
dengan senyum mu
nan amat manis
dan lelahku pun, selesailah ……



-mdn ; senja pertama di bulan juli 09-

BULAN MERAH JAMBU

Bulan merah jambu


ada kerling cahaya
yang tak biasa malam ini
warna perakmu mengapa berubah ?
di antara langit setengah tua
menandakan bulan terakhir tengah tahun ini
tak ada angin lewat
hanya ada selintas aroma melati saja
dekat bersisian dengan kita duduk
masih terpesona aku
menatap kerling cahaya itu
malam ini bulan merah jambu
lengkap dengan mahkota mawarnya
tersemat diantara wajah semu mu
aku juga begitu
merah jambu merona menghiasi wajahku
aku jatuh cinta lagi pada mu?



Mdn;akhir juni thn ini - 09

TANDA CINTA KAMI

VERSI SATU (utk Bunda Onda)

Waktu telah berlalu 20 tahun lamanya
Namun bayangmu senantiasa terbawa di jiwa kami
Jiwa abdimu, jiwa pengorbananmu, jiwa pamrihmu
Telah membawa kami kembali disini

Jika kami hadir bersama mu lagi
Itu karena kami sangat ingin mengucapkan
Beribu kata terima kasih,
walau itu pun tak cukup…

Wahai Guru kami,
Terima kasih atas Jasa mu
Terima kasih untuk Pengorbanan mu
Terima kasih buat Cinta mu
Yang telah kau berikan kepada kami
Kami , muridmu yang ‘kan slalu mengenang
dan menyematkan namamu
di hati sanubari kami yang terdalam


VERSI KU

Waktu yang berlalu 20 tahun lamanya
Namun bayangmu senantiasa terbawa di jiwa ku
Jiwa abdimu - jiwa pengorbananmu -jiwa tanpa pamrihmu
Tlah membawa ku ada disini

Jika aku hadir ada bersama mu kini
Itu karena kuingin berucap
Beribu kata hatur terima kasih,
walau itu pun tak cukup…

Wahai Guru ku,
Trima kasih atas Jasa mu
Trima kasih untuk Pengorbanan mu
Trima kasih buat Cinta mu
Yang tlah kau berikan kepada ku
Aku , muridmu yang ‘kan slalu mengenang
dan menyematkan namamu
di hati sanubari terdalam ku

mdn;akhir juni 09

segores puisi pesanan sahabat utk reuni 20th colla 89 dipersembahkan dengan manis utk guru2 kami

Rabu, Juni 24, 2009

Aku berteduh sebentar

rasa ini
sungguh terasa
menetes di kulit lembutku
bagai embun
yang harusnya sejuk
namun,
ini tidak
ini panas
panas bagai tamparan

ku tak berterima
hatiku menolak
maka,
aku memutuskan
untuk berteduh sebentar
sampai rasa itu
rasa sejuk itu
kembali di hatiku

biarlah ku berteduh sebentar
demi rasa itu
yang kan datang


Mdn;duaempat juni 09 dipenghujung senja






Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Jumat, Juni 19, 2009

RINDU

aku RINDU
sayang, aku MERINDU
RINDU hati ku kepada mu
rasa yg tak biasa kurasa
karena sepotong hatiku tlah kau bawa
aku RINDU hatiku
yang tlah kau bawa lama
RINDU,
kau dimana?



Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Senin, Juni 15, 2009

CELAH

celah ini tak dapat kututup,
dengan apapun
di sana ia mengintip
memanggil-manggil mu
wangi mu demikian harum
walau kita jauh
celah di hatiku meniup kan rasa itu , Nak
oh betapa jarak ini terlalu menyakitkan
meremukkan sukma-suma terdalamku
kepasrahanku tak terbayarkan
air mata ini dapat kurangkai
bagai untaian mutiara
namun apa berguna, Nak
celah ini masih jua tak ber asa ku tutup
membiaskan rasa pilu
pilu amat teramat pilu
Oh,
Aku rindu, Nak
Aku rindu, Nak


Mdn;150609
-jerit satu jiwa seorang ibu yg terpisahkan dr buah hati nya-

TIGA EPISODE

EPISODE 1

Kaki-kaki berlari-lari
Berkejar waktu
Diantara debu trotoar kotor
Air got membusuk
Tak kentara itu semua
Kaki-kaki masih berlari-lari
Mengejar waktu yang tak menunggu


EPISODE 2

Roda-roda berputar
Berputar-putar
Diantara debu aspal panas
Himpit menghimpit dengan panas knalpot
Roda-roda hitam masih berputar
Di tengah klakson berpacu menyahut
Pongah dan ego tak ada mengalah
Roda –roda masih berpacu
Berputar-putar diantara hitam
Mengejar waktu yang tak menunggu

EPISODE 3

Ada darah bercecer disepanjang aspal
Berceceran pula diantara trotoar
Kaki-kaki masih berlari-lari
Memandang sejenak kemudian berlari lagi
Roda-roda masih berputar
Mengejar ego nya waktu
Aku terkapar disini
Tak ada yang perduli
Aku terbang
Memandang jasadku dari jauh
Kaki-kaki itu masih berlari-lari
Roda-roda pun masih berputar
Melanjutkan waktu


Mdn;150609

Jumat, Juni 12, 2009

rindu ku pada mu

adalah satu rasa pada malam ini
berdesir-desir diantara sunyi
ada yang menggantung , nyaris jatuh
senyumku pahit menatapmu
kutahan hati ini
menggumankan satu kata tak bersuara
bibirku berucap
"aku rindu pak"



mdn;12-06-2009
3 1/2 thn kepergian mu 12.12.2005 - 12.06.2009

ma, aku mencintai mu

ada gurat di wajahmu
diantara tatap matamu
ada gurat di senyummu
makin jelas ketika kau tersenyum
ada gurat di tanganmu
makin hangat ketika kau genggam aku
ada gurat di telapak kakimu
tetap tegar menjaga aku

aku menjadi semakin cinta kepadamu
bukan karna kau kini sendiri
tapi karena Tuhan telah ijinkan aku
masih memilikimu hingga kini
takkan terbalas apapun darimu
tetes keringat,
tetes airmata,
tetes rindu,
tetes kepedihan
semua itu adalah kemuliaan yang pernah aku terima
tak terbalas oleh apapun

ma, aku mencintaimu



mdn; 12-06-2009

hati seluas samudra

jika aku mengibaratkan pantai adalah rumahku
pasir putih ini adalah teras rumahku
buih-buih samudra adalah tamuku

jika aku berdiri disini
menyeruput wangi samudra
betapa damainya aku kini
lapang niat hatiku
menerima dan ikhlaskan dunia
entah dia meluka
entah dia menjerit
entah dia berteriak
entah dia menghina
entah dia memuja
entah dia menangis
entah dia diam
aku tegar berdiri disini
Tuhan,
ijinkan Kau memberiku
hati seluas samudra
agar apapun yang kurasa kini
adalah damai daripadaMu saja

mdn;12-06-2009 21.52 wib disalah satu sudut kamar kami

Selasa, Mei 19, 2009

luka hati

sepenggal hati ini sulit untuk dibagi
namun mengapa ia merasa terbagi?
ah selongsong peluruh menembak sanubari
hancur terburai duka
sepenggal hati sudah terbagi
memburaikan pedih
luka itu telah menganga
entah kapan kering

Kamis, Mei 14, 2009

SENDIRI

mataku menari-nari menatap lama
merekah senyum mereka
hanyut dalam gelak canda
berulang kali mataku menari-nari menatap yang lain
masih sama
mereka masih menyunggingkan suka
masih berulang-ulang mataku menari-nari menatap yang lain lagi
tetap sama
masih sama
kali ini lebih bahagia
oh hanya aku saja yang sendiri disini
tak pernah merasakan gelak canda
tawa sukacita bersama-sama
karena takdir ku
telah mengikuti ku untuk menyendiri di sini
hanya cukup menahan kerinduan yang amat sangat
untuk berkumpul seperti mereka
dalam gelak canda ria
r e u n i

KILAT

Percikan menyambar-nyambar di langit siang tatkala gemuruh bersahut-sahutan mengguncangkan dada memekakan telinga.ada rasa takutku.ketika cahaya itu bergantian muncul di jendelaku.takut yang amat sangat.yang tak biasa

Send from my BlueBerry®

Rabu, Mei 13, 2009

BULAN TENGAH HARI

ada bulan di awan
ketika langit belum kelam
ada bulan di awan
di tengah tepat di atas kepalaku
bayangku berjalan
bulan seperti membayangi kami
seperti matahari terangmu
namun tak silau mataku

masih ada bulan di awan
mengapa kau disini saat ini ?
jika kau ada
di mana kah bintang ?
bukankah kau satu dengan nya ?

ada bulan di awan
dan matahari seperti tak peduli
tak berkawan
memalingkan muka
mengapa ?

jika bulan masih di awan
apa yang kan terjadi nanti ?
cemburu kah bintang jika dia bersanding
dengan sang raja siang ?

duhai bulan
mengapa kau datang di awan siang ini?
waktumu belum saat nya
pulanglah kau sekarang
bintang menantimu
temani dia malam ini

MASIH MENCARI APA?

Apa yang sedang kau pikirkan kali ini ?

Terbang melayang-layang lagi?

Kali ini ingin sampai ke langit yang mana?

Seperti kau pernah katakan,

“Belum kutemukan batas-batas langit”



Bias matahari ditengah terik kerontangnya tengah hari

Ini, aku , mencoba mengulurmu agar tak pergi

Melepaskanmu sungguh amat berat

Amat berat….sangat



Kusudahi tatapanku,

menunduk setelah menengadah melambaimu

Pergilah…pergilah…

Aku tau tak kan capai sayapmu terbang

Mencari apa yang bergelut diantara awan

Niatmu terlalu kuat jika kutahan

Pergilah…pergilah….

Aku merelakanmu kali ini

Wahai angin, temani dia

Kau tau kemana arah kan membawanya

Ikuti saja, biarkan kepak sayap mengepak ke tujuan

Tetap kan kutunggu dikau pulang



***



Jika langit belum waktunya murka

Kepak sayapku tetaplah asa

Yang mencari tetap kan mencari

Ada dimana, hanya hati yang tau…

Teruslah mencari, jangan berhenti

Disanalah kan kutemukan rumah kita…

Dan aku akan pulang, terbang membawamu ke sana

Diam dalam damai

RINDU MALAIKAT TAK BERSAYAP

Bagai pedang membelah

Teriris mengiris

Nadi terluka, nanah terburai

Mengapa bukan darah ?

Terlalu perihkah ?

Gontai dia melangkah

Diantara keeping-keping sembilu

Meleleh diantara kulit

Menetes disudut mata hati

Jika aku bertanya benarkah kau akan kembali ?

Mengapa aku tetap tak berdaya

Segenggaman pasir panas ditangan ini

Tak berasa karena perihmu

Sengat di rongga hati

menangis menahan luka

Tangis tak kuat lagi

Menangis tapi kering

Lunglai aku tertatih

Mengais-ngais diantara hampa

Inikah yang kunanti ?

Mengapa kau tak kunjung kembali ?

Janjimu kau pasti datang

Mana ?

Kapan ?

Aku masih ingin menangis

Namun hanya ada kering



Aku menengadah sebentar

Langit menatapku nanar

Gemuruh tanda amarah

Tercekat kelu lidah ku

Tak mampu mengucap apa-apa

Tuhan,

Apakah waktunya sudah sampai?

Aku rindu malaikat tak bersayap

menjemputku…

*

*

*

*

buah karma dosa adalah maut

dan aku ikhlas menerimanya

DAN JIWA-JIWA LANGIT PUN MENANGIS

Oh betapa nestapa sungguh tiada nan ramah terlihat

Celaan dan sumpahan menjadi makanan

Seakan-akan adalah vitamin kehidupan

Menambah energi raga jiwa gelapnya

Kepongahan adalah nadi yang membakar

Adalah heran jika sabar

Amarah menjadi adat istiadat

Mencekik bahasa hujat menghujat



Duhai adakah yang melihat ?

Seonggok jiwa kedinginan

Lapar dahaga menjadi teman

Nista di hina di pandang bagai si buruk rupa



Duhai adakah yang melihat ?

Seonggok jiwa terbodoh tak ber asa

Lapar bahasa lapar ilmu

Terseok-seok mengais diantara nista



Tangisan langit tangisan dunia

Merintih mendengar dendang serapah

Mengapalah carut marut tak pernah usai

Dimanakah jiwa-jiwa damai yang dahulu ?

Apatah murka RAJA tak berarti tanda ?

Tak gentarkah jika cobaan itu kembali dihantar ?

Tonggak panas yang diperebutkan

Menjadi saksi bahwa damai tlah tiada



Jika angkara menjadi murka

Dan jiwa-jiwa langitpun menangis

Apakah aku harus terpaku dalam diam

Mungkin menunggu RAJA kembali adalah harap

Selasa, Mei 05, 2009

Mencoba

Aku mencoba menerima apapun yang kuhadapi dan kualami aku percaya bahwa semua akan indah pada waktunya
Send from my BlueBerry® Powered by my Strawberry •(^_^)•

Sabtu, Maret 21, 2009

SUNYI


Memenggal hari menelusuri waktu
Menjejakkan langkah yang tak bertapak
Aku diam disini menuntaskan sesuatu
Belum selesai karena belum kumulai
Tak berdaya karena apa ?
Ada rasa jenuh yang hinggap
Bergeming sebentar tetap lunglai
Tak berdaya seperti tak ber asa
Bukan karena lengah
Tapi memang jengah
Jika aku berandai aku tak sendiri
Mengapalah kosong jua yang terasa
Ah sunyi nya
Seandainya ada dawai yang menemani

Kamis, Maret 19, 2009

MENANTI BIANGLALA

alur menggapai mengapit jingga
langit berbaur merapatkan nokhta
cakrawala mengerut menandakan apa
sontak angin mendadak hampa
muludku kelu dan tercekat
ada apa gerangan ?
mengapa degup semakin keras
gemetar aku serasa diremas
seperti tulang ditarik dua arah
jingga mengapa kau menatapku saja ?
pinggiran langit membisu
tak hendak menyapaku walau sebentar
aku masih tercekat
tak mampu menepis degup
semakin kencang dan keras
aku ingin menyembunyikan rasa ini
demi menunggu bianglala
yang kan muncul di langit gulita
mungkin kah ?

Kamis, Maret 05, 2009

There can be miracles when you believe

Aku mencari wajahMu diantara cahaya
Ada beribu-ribu malaikat mengelilingiku
Tapi masih tak kutemukan wajahMu
Kasihanilah aku Tuhan
Sebab tulang-tulangku gemetar
Aku remuk dan merana
Berapa lama lagi Tuhan?
Slamatkanlah jiwaku dengan kasihMu
Aku masih ingin melihat matahari terbit di ufuk
Dan mendengar senandung angin di udara
Merenda hari bersamaMu
Ditemani malaikat tak bersayap, sahabat-sahabatku
Masih belum kutemukan wajahMu
Tapi sudah kurasakan genggamanMu
Yang kan menuntun aku kembali


*Cepat sembuh Mina, kami menunggumu pulang*

Rabu, Maret 04, 2009

MATA



Mata itu lekat dengan urat nadiku
berdenyut berdesir dan bercahaya
mengalir di darahku
mengamati ku disela detak jantungku

Selasa, Maret 03, 2009

BINTANG ( Part 1 )





ULUWATU



Aku terdiam diantara deru ombak yang menerpa karang diantara tebing di Uluwatu. Beberapa kera melompat diantara pura. Kera keramat. titisan sang dewata. Aku menatap laut biru sambil menghela napas panjang. Laut menjadi kecintaanku akhir-akhir ini. Sepertinya lepas beban ini jika menatapnya. Sinar matahari sore tak begitu panas menerpa wajahku. Mataku tak begitu silau melihat cahaya sore mu menerpa permukaan laut. Ombak masih datang silih berganti, berpacu dengan buih putih gelombangnya. Dikejauhan kulihat beberapa perahu, kecil, pelan dan berlahan berjalan ditengah ombak yang sore ini begitu baik hati riaknya. Sebentar lagi sunset akan datang mempesona semua wisatawan yang datang ke sini. Itulah salah satu moment yang ditunggu semua orang, sambil menikmati tarian kecak menjelang turunnya sang fajar ke peraduannya. Beberapa tourist guide membawa serombongan turis, sepertinya dari Jepang atau Taiwan. Berkulit putih dan bermata sipit mereka. Logat bahasanya seperti dari Taiwan. Ya mandarin. Bahasa yang seperti nyaris mirip dengan Hokkien ditelingaku , mengingatkan kepada kota tempat kumenghabiskan sebagian besar hidupku. Teringat dulu aku begitu sering memarahi anak-anakku jika nilai bahasa Mandarin mereka kurang dari tujuh. Angka tujuh menjadi momok menakutkan dimata anak-anakku. Mami tidak pernah kompromi sedikitpun dengan nilai tujuh, teriak anakku Bulan. Teman-temanku malah dapat nilai empat , lanjutnya. Aku selalu marah sewaktu mendengar protes kerasmu. Dalam hatiku lihatlah nanti nak, tak kan menyesal kau dengan peraturan yang kubuat itu. Aku tersenyum mengingat kisah nilai pelajaran Mandarin itu. Kau sedang ngapain Bulan, pastilah saat ini kau sedang sibuk dengan rapat-rapat bisnismu di Hongkong sana. Tentu saja dengan kemampuan bahasa Mandarin mu nan fasih kau sibuk berargumen dengan partner business bos mu ya. Kau memang hebat. Diusiamu yang sangat muda, untuk ukuran bangsa kita kau cukup hebat untuk mendapat kepercayaan dari konglomerat Negara sana. Menjadi salah satu personal assistant handal salah satu taipan Hongkong, pemilik property terbesar disana.



Teringat Bulan, teringat aku kepada Bintang. Anak bungsuku, satu-satunya laki-laki penerus trah marga papinya. Terngiang-ngiang kembali perkataan Bulan tadi malam ditelepon. Mi, Bintang tidak mau kembali. Dia masih sangat marah dengan mami. Mungkin sementara ini mami jangan menghubungi dia dulu. Aku takut hubungan mami dan Bintang makin tegang. Kututup mataku sambil mendengar suara pelan Bulan diseberang sana. Aku bisa mengerti perasaan Bintang tentunya sangat marah kepadaku. Sungguh , siapapun yang mengalaminya tak akan kuat menerima kenyataan seperti yang Bintang rasakan saat ini. Tak mengapa Bulan, mami mengerti kok, sahutku lirih. Biarkan Bintang sendiri dulu, Ya akan kubiarkan Bintang menjauhi ku- untuk sementara. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk membujuk atau berbicara dengan dia. Apapun perasaan nya saat ini padaku, aku terima. Semua ini memang salah ku.



Silau matahari yang mulai turun ke garis laut, membuyarkan lamunanku pada Bintang. Aku melangkah ke sisi tepian tebing. Kusangga tanganku sambil memandang laut, ah…bau ombak serta deburnya tak pernah bosan aku menyambutnya. Kulihat sepintas, arena tontonan tarian kecak sudah mulai penuh. Kecak selalu menjadi atraksi yang membanggakan di tanah Bali ini. Sepertinya jiwa kecak telah membuat setiap hati turis yang datang ikut menari diantara dengungan kata yang keluar dari para pemain. Mendecakkan kagum yang tiada henti, tarian tanpa musik, hanya decakan kaum pria yang menari. Sungguh suatu kesempurnaan disela senja yang semakin dekat. Matahari sebentar lagi turun dari singgasananya. Semilir angin menerbangkan anak rambutku. Masih kutatap laut sambil menunggu turunnya senja. Perlahan diufuk kulihat dia mulai turun, cepat sekali jatuh ke laut. Dan sebentar cahaya kemerahan menyemburatkan sinar, itulah sunset yang tak pernah bosan kutunggu. Kutatap lama, senja telah benar-benar turun. Sebentar kemudian, kegelapan mulai berbenah. Bergantian dengan sang terang terang, mereka kan menemaniku malam ini.



Kuputuskan tak mengikuti atraksi kecak sore ini. Sudah beberapa kali aku memutuskan tak menontonnya lagi. Sejak kesendirianku, tak pernah aku menikmati kecak . Seperti nya bangku disebelah ku selalu kosong jika aku disana, walau ada orang lain yang mendudukinya. Menonton kecak tak senikmat dulu, ketika … ah, mengapa bayangmu selalu ada disini, di Uluwatu tempat perhentian tebing yang terakhir.



AWAL



“Aku bahagia akhirnya kita bisa berduaan disini” Dev melompat memelukku setibanya aku dikamar hotel nya. “Sport jantung aku” kusambut pelukannya erat. “Dari tadi aku gak tenang dipesawat. Perjalanan sepertinya lama sekali. Hampir aku datangi pilotnya agar memaksimalkan laju terbangnya” aku mengomel seraya menggayutkan tanganku di lehermu. “Tapi akhirnya sampai juga kan”, ucapmu sembari melingkarkan tanganmu di pinggulku. Kecupan hangatmu di kening, di mata, begitu lembut. Tanpa kita sadari kita hanyut dalam helaan napas yang sudah lama tertahankan. Bibirmu begitu lembut menyambut bibirku. Sudah begitu lama saat seperti ini kita nantikan. Terbelenggu dengan kehidupan kita yang jauh selama ini. Kata-kata menjadi tidak begitu penting. Tanganmu mulai mengelus seluruh jiwa dan ragaku. Rintihan kecil dan erangan kenikmatan yang tertahankan selama ini telah memuncak diatara geliat tubuh kita. Begitu indah kurasakan. Keringatmu menyatu dengan gelora cintaku. Dalam helaan nafas kecapaian, kau kecup lembut keningku, sembari kau belai anak rambut di dahiku. “ Kau begitu cantik, aku sangat merindukanmu”, lirih kau berkata sambil kau dekap erat seperti tak ingin kau lepas diriku.



Malam kita lalui dengan segala kebahagian yang pernah ada . Aku tak pernah mau jauh dari sisimu sedetikpun. Sebentar-sebentar telepon mu berbunyi. Kadang kau masuk ke kamar mandi, aku tau kau tak mau menyakiti hatiku. Pasti dari dia, istrimu. Kemudian kau kembali memelukku. Kurebahkan kepalaku didadamu. Aku ingin setiap saat bisa begini, bisikku, dan kau tersenyum mendengarnya. Kita nikmati saja waktu kita yang sebentar ini. Aku mencintai kau .Kata-katamu selalu menyejukkan hatiku. Setelah kita siap, kau mulai lagi menggodaku dan berakhir dengan erangan kenikmatan dariku. Malam ini kulalui dengan kau disisiku. Aku peluk erat, kau juga. Sepertinya kita tak ingin berpisah. Waktu kita tak banyak. Karena kita harus kembali ke dunia kita masing-masing. Dunia dimana ruang hati kita , kita bagi untuk istrimu, dan suamiku.



Pagi nan cerah. Wangi tubuhmu masih menggoda ku sepagi ini. Pagi bintangku, kau sapa aku setengah berbisik. Pagi juga sayang, kucuri ciuman kecil dibibir lembutmu. Hm…segar sekali rasanya bangun pagi-pagi dengan ragamu disisiku. Andai ini dapat kita lalui setiap pagi. Dengus napasmu ditelingaku membuat denyut kenikmatan dibagian bawahku. Geliat pinggulmu mencari celah diantara kedua kakiku . Napas yang naik turun membangkitkan segala cinta ku yang pernah ada untukmu. Geliat tubuh kita yang naik turun, tak capai memburu gelora cinta kita, oh sampai kapan kita dapat menikmati saat-saat seperti ini lagi sayang. Gemuruh ombak diluar tak mampu menghentikan kebersamaan kita saat ini. Begitu kuat deburannya menyatu dengan erangan suara kita berdua. Kamar ini menjadi saksi cinta kita berdua. Cinta yang terlarang.





SANG BINTANG



Wah selamat bu, akhirnya yang dinanti datang juga. Dokter Lo mengulurkan tangannya kepada ku dan suamiku. Dengan USG 4 dimensi ini jarang meleset. Dari awal Ibu ketahuan hamil, feeling saya bilang ini pasti laki lho Pak. Wah..senang sekali rasanya. Dua minggu lagi datang lagi lah. Ini kali harus lebih banyak vitamin dan suplemen yang dimakan untuk si Junior ini. Dr. Lo, tak henti-hentinya bercakap. Senang sekali dia. Suamiku pun tersenyum lebar mendegar kabar baik ini. Diusapnya punggung tanganku. Makasih Ma, mudah-mudahan ini menjadi awal hubungan yang baik untuk kita ya. Aku tersenyum. Ada debaran halus bergetar dihatiku. Hampir menitik air mataku. Tapi kutahan, kukejapkan biar tak jatuh. Aku tak ingin kebahagian suamiku pupus karena air mata ini. Tapi sepertinya dia sempat menangkap mataku yang berkaca-kaca. Diusapnya kembali punggung tanganku sambil yang satunya lagi menepuk pundakku pelan. Aku juga terharu Ma, katanya. Air mata harukah ini. Syukurlah kau menganggap demikian.



Kulalui hari hari sembilan bulan ku. Dengan segala sisa hatiku kulewati bulan-bulan tersulit. Siang ini aku duduk dalam hening, sesekali memandang ke luar jendela, ah begitu rindunya aku. Sedang apa kau saat ini. Kuelus perutku yang mulai keliatan. Teringat aku kata-kata Dokter Lo tadi malam, laki-laki. Ya aku akan punya anak laki-laki. Setelah 11 tahun menunggu, akhirnya 4 bulan lagi aku akan melihat anak yang sangat kudamba ini. Semilir angin yang meniup pohon palem diluar sana, dengan silau terik matahari, jalanan ramai sekali. Ini jam makan siang, mengapa aku belum merasa lapar. Sudah beberapa hari ini nafsu makanku tidak ada. Entahlah belakangan ini aku seperti kehilangan gairah, aku merasakan denyut nadiku semakin pelan. Aku melihat tak ada asa lagi yang menjadi alasan aku bertahan. Hanya saja konfirmasi Dr.Lo tadi malam cukup merubah suasana hatiku belakangan ini. Laki-laki? Selama ini memang aku sangat mendambakan anak laki-laki. Di keluarga Batak laki-laki seperti dewa yang sangat dinantikan ditengah-tengah marga. Sepertinya perempuan bukannya titipan Tuhan yang tak bermakna untuk disebut penerus keturunan. Sudah begitu lama aku tak suka dengan arogansi itu. Tapi aku sudah mengikrarkan janjiku dialtar, menikah dengan laki-laki Batak, yang notabene mendoktrin kan itu dimasing-masing keluarga besarnya. Awal-awal pernikahan yang kujalani, hal itu tidak menjadi masalah yang berarti. Tapi sejalan dengan berjalannya waktu, kehadiran anakku Bulan tak bisa merubah doktrin yang telah terpatri di lingkungan mertuaku. Secara aku tak berdaya karna memang siapa yang bisa mengetahui isi hati Tuhan, dibalik rencana mengapa aku tak dikaruniakan anak laki-laki sejauh ini ?. Mengikuti arisan dan perkumpulan keluarga besar suamiku pun menjadi momok menjemukan yang selalu kuhindari. Begitu banyak alasan ku untuk tidak hadir. Tapi suamiku sepertinya tahu kegelisahan hatiku dan membiarkan aku dengan segala alasan untuk tidak hadir. Ya mengapa dia harus marah dengan sikapku, kan dia yang lebih bertanggungjawab atas ini semua. Kromosom pembawa laki-laki adalah produksi dari laki-laki toh? Kromosom apa ya namanya, X atau Y, aku lupa, aku gak hapal pelajaran Biologi semasa SMA itu. Tapi memang laki-lakilah sebenarnya yang punya andil menentukan kelahiran seorang perempuan atau laki-laki kedunia ini.



Perutku terasa melilit. Lapar atau memang geliat janin di perutku? Hmmm, kau lapar ya nak ? Ku berdiri, bangkit dari kursi biru, mejaku kubiarkan begitu saja, ada beberapa kontrak yang masih harus di review.Nanti saja lah itu. Aku melangkah keluar ruangan mencari apa yang bisa aku nikmati siang ini.



PERASAAN ITU



Perjalanan ke pulau dewata kali ini agak sedikit lain. Apa karena cuaca mendung di balik jendela pesawat ? Hatiku mendesirkan sesuatu yang lain, yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kutepis perasaan itu, mungkin karena aku terlalu kecapaian belakangan ini, sehingga perasaan-perasaan yang tak perlu hadir, muncul. Masih 20 menit lagi pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai. Awan abu-abu semakin redup dilewati Garuda ini. Kau sudah sampai? Pasti sudah selalu begitu, kau pasti duluan yang sampai. Skenario kita tak pernah berubah. Suara pramugari menyentakkan lamunanku untuk segera memansang seat belt. Beberapa menit lagi akan landing, beberapa menit lagi aku akan kembali ke pelukanmu. Sudah hampir 2 tahun ini kita jalani kehidupan cinta kita. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki, selalu ada alasan untuk perjumpaan ini. Goncangan roda landing di landasan airport membuncahkan segala rindu yang selama ini kutahan. Antrian penumpang yang buru-buru berjalan kepintu pesawat, membuat aku harus sedikit menunggu. Senyum pramugari mengucapkan terima kasih, kubalas dengan anggukan kecil. Aku berjalan menapaki tangga turun, memandang sekitar, hm Bali...suasanamu memang lain dibanding dengan kota-kota di Indonesia . Tak pernah aku bisa melupakan tiupan angin selamat datang mu.





Ini hari kedua aku disini, kau belum datang juga. Tadi malam kau minta maaf belum bisa datang tapi berjanji pasti datang besok siang. Semilir angin di uluwatu, di sore menjelang senja, gerombolan kera berlarian, sebagian lengket dipelukan kera betina. Aku memandang ke laut, kilau air tertimpa sinar matahari September. Angin kembali menerbangkan anak rambutku dan mepermainkannya dengan nakal. Kuambil saputanganku, kubiarkan ia menghias rambut yang semakin acak-acakan. Ada desir dihati ini , teringat ketika kau lakukan itu dipertemuan kita terakhir. Kau ikat erat simpul saputangan itu dileherku, sambil kau cium lembut leherku.Kupejamkan mata, aku begitu rindu padamu, mengapa ada perasaan aneh bergejolak dihatiku, mengapa perasaan itu kembali membuncah? Kutepis, walau hatiku tak bisa mengelakkan perasaan itu, tapi kuyakinkan, dan kubisikan ke jiwaku, tidak akan terjadi apa-apa.Ini muncul hanya aku terlalu lelah.



AIR MATA KITA



Sepertinya semua ini memang harus kita akhiri. Maafkan aku. Aku terdiam dalam keterpakuan. Tak sadar atau memang tak mau sadar. Aku dengar kata-katamu. Tapi aku tak mau menyadari bahwa ini benar suaramu. Muludku masih menganga ketika kita bertatapan. Muludku masih menganga ketika kau raih tanganku. Dingin badanku, sedingin tanganmu. Maafkan aku. Sekali lagi kalimat itu kau ucap lirih, hampir nyaris tak terdengar.Tuhan, ini kah jawaban dari perasaanku dua hari yang lalu. Ketika ada denyut yang lain mengiris hati ini. Tuhan, aku belum siap. Aku tau ini sangat menyakitkan, bisikmu, sambil mencoba memelukku. Aku yang diam seperti patung, hanya mengikut saja ketika kepalaku menyatu di dadamu. Hangat air mata akhirnya tumpah jua dipipiku. Sedikit kurasakan ada tetesan di rambutku. Sepertinya kaupun menangis. Maafkan aku,maafkan aku. Kau ulangi lagi kalimat itu. Muludku terkunci dalam kebisuan, aku tak punya stok kata-kata yang bisa kuucapkan. Terlalu sakit, terlalu tiba-tiba, aku tidak mempersiapkan hari ini akan datang.

Teramat sakit ketika jatuh cinta, jika yang dicintai tidak dapat dimiliki. Teramat menderita ketika jatuh cinta, jika yang dicintai hanya dapat kita tatap dari jauh. Teramat amat perih ketika jatuh cinta, jika yang dicintai harus dimiliki orang lain. Jiwaku seperti terbang melayang. Aku seperti mayat hidup. Tak merasakan apa-apa lagi.

Maafkan aku, dia nekad menyayat nadi tanganya. Aku masih ingat anak-anakku. Kasihan mereka. Itulah kata-katamu, menikam sukmaku, rusukku,kau lebih memilih meninggalkan aku . Tuhan, aku tau aku jahat, tapi apa harus ini hukumannya. Aku belum siap kehilangan dirimu.

Kita belajar membohongi perasaan kita masing-masing, untuk orang-orang yang mencintai kita. Membohongi setiap helaan napas kita, membohongi setiap tetes darah yang mengalir di nadi kita, membohongi detak jantung kita, membohongi syaraf-syaraf otak kita, sungguh teramat sulit membohongi diri karna sungguh perih ternyata.



BINTANG



Kedatangan Bintang kecil dirumah kami, benar-benar laksana sinar yang menghangatkan jiwa penghuninya. Mendadak rumah menjadi tempat yang nyaman buat suamiku. Dia betah dirumah lebih dari delapan jam. Bahkan kadang dia mau tidak masuk kantor demi sang Bintang. Bahkan rela mengganti pokok, memberikan susu, atau menemani aku menyusui si Bintang dimalam hari. Suatu hal yang tak pernah kurasakan dulu, waktu sang Bulan hadir. Apa begitu besar arti seorang anak laki-laki di kehidupan nya, sampai semua ritualnya berubah. Kuakui hubungan kami semakin dekat. Matanya yang dulu tak memperlihatkan cahaya ketika menatapku, belakangan ini kami makin sering bertatap mata. Ah, apakah dia merasakan tatapan mataku . Apakah dia tau cahaya mataku bukan untuk dia lagi. Cahaya itu sudah berubah pasti.Kuharap kau tak menyadarinya.





CERITA BINTANG
(jeda sejenak menanti ilham)

REMUK

Remuk aku
raga tak berdaya
gontai mengayun langkah

Remuk aku
ditanyanya aku kenapa?
ada yang sakit atau kah?
ditanyanya lagi aku kenapa?
jiwa atau badan ku kah ?

remuk aku
tersungging sedikit senyumku
ketika remukku disamakan seperti krupuk
krupuk remuk

oh aku masih remuk
tulangku bernanah sepertinya
membusuk karena redam

oh aku masih remuk
ku tak mengerti mengapa bisa ?
remuk ini sungguh nista
dan menyakitkan


mdn-030309

Senin, Maret 02, 2009

Rindu Dia

aku gemetar dalam doa
ketika tangan kanan ku angkat
ada sensasi baru yang belum pernah kurasa sebelumnya
terisak isak aku dalam tangis
mengaduh aku memanggilMu Tuhan
berguncang dada dan hati
memanggil-manggil Roh Mu agar datang lah
masih kuangkat tanganku
tapi mengapa muludku kelu
apa karna aku masih mendua Tuhan?
aku masih belum mampu melakukannya
betapa aku selalu mengharap
dan memohon waktu itu tiba
Kau dengar bukan ?
aku menginginkanMu menyentuh roh jiwa ku


mdn010309

RASA ITU

Rasa apa ini namanya ?
ketika sebuah kata muncul terbaca
kutangkap, seperti pesan tak biasa
tapi biasa untukmu sepertinya
kata itu berulang-ulang muncul
aku menangkap sesuatu
kau cemburu sahutmu, ketika aku diam
cemburu apa curiga bisik hatiku
aku pura-pura tertawa
menenangkan hati yang bertanya-tanya
oh benarlah perkiraanku selama ini
mata hati bukanlah pendusta
tapi mengapa dia ?
terlalu kau

wajarkah aku cemburu?
tidak ada alasan untuk rasa itu
ingin kutanyakan pada sang empunya kata tadi
tapi aku terlalu tabu memulai
untuk apa ?
tak ada alasan untuk itu
biar saja
toh semua sudah selesai...


mdn 020309

HUJAN

Pagi yang basah, kuyu dan menggigil
Bayu keterlaluan membuat aku mengerut
Tak berdaya pagi ku
Tarian hujan kali ini tak bisa kunikmati
Siang pun tak bersahabat karena awan malu-malu
Matahari sembunyi apa lupa waktu ?
Sepanjang hari menjadi tak jelas
Ah sudah sore
Senja pun mulai turun
Langit masih saja berkawan dengan mendung
Harusnya ada semburat jingga di kejauhan
Mungkinkah masih bercanda di langit yang lain ?
Masih kelam di luar
Ups aku beradu mata dengan petir
Sepertinya aku tak kan melihat kembang mekar di langit malam ini

mdn270209

L is mine

1. What is your name: Liany , u know that

2. A four Letter Word: Love…. Love Love Love Lotta Love

3. A girl’s Name: Lovely

4. A boy’s Name: Lucky

5. An occupation: Lecturer

6. A color: Light Purple…

7. Something you wear: L****L….should I mention here? ;-)

8. A food: Lontong Pecal..*slurp*

9. Something found in the bathroom: Lotion…

10. A place: London……ouch why Bali starting with B ?

11. A reason for being late: Lambatbangun.com ;-)

12. Something you shout: Louder please !

13. A movie title: Lassie

14. Something you drink: Lime Juice

15. A musical group: Lobo ( dasar jadul…ingatnya yg jadul2…)

16. An animal: Laba-laba…halaaaaah…

17. A street name: Letjend S.Parman…cant find any…*sigh*

18. A type of car: Lexus

19. The title of a song: Love Song of course…too many…cant write every title here…

20. Name an activity that requires more than 2 people: Lari Estafet….*sumpah hang pas disini..no idea*

25 random thinks about me

1.Always rush in the morning to prepare this think and that think for my kids

2.I cant drive event my husband say “ if u can drive, I gonna buy u a new car” I said : no thank u…I still enjoy as your navigator….*smile*

3. i luv thai food , pasta and dim sum…hate fish except it cooked by my mom

4. I was born in sumatera and still here till now .but my little town at riau still the best town in my life..miss duri sooooo much

5.I live @ my parent house since my dad fly to the heaven.cant imagine if my mom going to my dad’s home too

6.Planning to do another honey moon to bali again…but don’t know when…miss uluwatu so much

7.Dream one day should be going somewhere by submarine…

8.i luv collect all recipes and one day will cook every day for my hubby and kids..cant wait waiting for that moment.

9.im a daddy’s girl…still wake up in the mid nite and crying when I miss him

10.I wish I can go to Duri , little town at Riau with my grandchildren one day

11.My angels said…mom you talk too much..stop it !

12.Now seems like I addicted to facebook. My hubby said…oh no..not again…if I turn on my laptop at nite…

13. plan to play violin again since I stopped when I get married. Damn I forget how to play and where’s my violin now?

14.I wish I have library's car like I ever saw when I was young at my town…we call that car as library. cant explain much about that car, look like a big container…but I always remember that and still wondering one day I should have one

15.Stars, rainbow, sky and sun…I luv their colors, amazing…

16.Can stop my eyes not to see a books….books and books. No wonder my angels luv books very much also

17.I wonder one day no more pills and tablets in the morning…I hate them very much

18.im a very blessed women cause I surrounded by a very blessed woman; my mom, my sista; my angels and my best friend… luv them more than anything…blessed them oh lord…


19.Uluwatu, the place that I luv very much and I plan to go there once a year…hmmm
God do you have a plan to give me more money??? Hope I can buy a small house
there

20.Still buzy with my little garden…jasmine garden…with 200 pieces of jasmine three.. enjoy the weekend with my hubby just seat and see our small garden grow…hm so wonderful moment

21.I want to use my wedding ring again…*sigh*

22.I wish my oldest daughter to study astronomy and my lil pumpkin be a doctor. Is that too much?

23.I get bored easily

24.If my old friend said wow you look younger than your age, what the secret. I said..the secret is my curly hair.*wink* never change my hair style ..and always smile of coz

25.i luv photography but cant implement now..one day I wish I can write a poem then publish with my photo collection .

BINTANG DI MANA?

angin terlalu datar malam ini
sepoinya tak biasa
dinginnya saja yang sama
langit gulita tak bercelah
tak satupun bintang
sudah beberapa malam begini, sama...
awan kelam terlalu kelam
sampai terlintas ingin melukis langit
dengan roncean bintang
dengan sesapuan kuas
merenda bulan yang malu-malu
agar lebih bersinar diatas sana
dan menyemburatkan isi hati
rindu...
rindu kepada bintang...
bintang, dimana ?

mdn-021108

MENUNGGU

menatap langit senja dari kisi-kisi jendela
menghitung detik sambil menunggu
menatap jalan lengang di luar sana
sudah hampir magrib
azan bersoneta, sahdu
ada sukma yang terbangun
memanggil jiwa yang letih
aku masih disini menunggu
masih menatap dari balik kisi-kisi jendela
sesekali kutarik napas
terlalu lama hari ini aku di sini
tak enggan beranjak
namun tak berdaya
sudah sepi
sepi menunggu terlalu lama
entah menunggu apa
yang tak kunjung datang...


mdn-041108

GOOD NITE BABE

gemuruh di lautan hati
ketika namamu menyemburat di ingatan
ingatan masa lalu melompat lompat
persis seperti gumpalan-gumpalan awan
yang terbang di langit siang hari
percayakah kamu ?
saat ini seluruh membran otakku
tak bisa mengenyahkan namamu
aku sangat menikmati perasaanku saat ini
terlena dengan segala keindahan yang semu
berandai-andai dengan waktu
jikalau begini , begitulah pertanyaanku
namun apakah engkau tau
aku mencarimu di antara mimpi
berharap yang dulu bisa diraih
ah aku ingin tidur lagi sebentar
semoga kutemukan kau disana

*
*
*

gud nite babe….carilah dia diantara mimpi
semoga kau temukan dia dalam jeda tidurmu…


mdn-051108

ANDAI DIA NYATA

Sinar matanya begitu sempurna. Menusuk sampai ke hatiku. Inikah namanya belahan jiwa yang kutunggu. Genggaman tangannya begitu erat tapi hangat dan entah mengapa aku merasa dekat. Adakah kesempurnaan yang lebih dari ini ? Terlalu cepatkah aku menilai dan merasakannya? Aku terlalu sering mendustai hatiku dan bersandiwara memainkan peran hidupku, tapi ini bukan. Aku berdialog cukup lama dengan jiwaku. Aku paham dan mengerti benar bahwa aku sudah terlalu sering memainkan peran pura-pura. Menipu diriku, jiwaku , perasaanku dan mata hatiku. Aku terlalu terlena dengan segala kepedihan yang kujalani. Sekali lagi aku bertanya pada jiwaku, adakah kesempurnaan yang lebih dari ini, terlalu cepatkah aku menilai dan merasakannya? Menilai ada hati yang lain dimatanya, ada hati yang menjanjikan di matanya. Mata hati yang tulus. Suaranya yang sedikit berat, menguatkan beratnya beban hati ini.

Kutapaki jalan hari-hariku. Ada rasa sejuk seperti embun pagi jika bersamamu. Ah , mengapa waktu tak bisa berputar kembali. Sehingga detik yang akan kujalani tidak seperti sekarang ini. Aku menghempaskan diriku di ranjang, seperti biasa, malam berlalu sendiri. Kuintip di kisi-kisi jendela, ada cahaya bintang, yang selalu menemani aku dari dulu. Aku selalu percaya, hanya bintang yang setia menemani aku. Sudah beberapa malam ini, aku sering tersenyum sendiri ketika melihat bintang yang sedikit malu-malu mengintip. Aku menangkap sinar wajah dia disana. Cukup adilkah yang kurasakan ini, membagi ruang di hatiku dan menyakiti hati yang lain ?

Waktu berlalu, dunia memang serasa milik kita berdua . Begitu indah begitu nikmat. Andai waktu dapat kuputar kembali ke masa muda kita dulu, apakah kita juga akan sebahagia saat ini? Jari jemarimu yang membelai rambutku, pipiku dan seluruh tubuhku, sungguh suatu yang luar biasa yang belum pernah aku alami. Benar-benar dasyat dan menggetarkan. Sampai ke sukma dan titik terdalam jiwaku. Apa yang aku alami ini sepertinya tak ingin kuhentikan, walaupun aku tau begitu besar resikonya. Setiap detik begitu berharga untuk kita. Walaupun waktu begitu terbatas, kita seperti tak terpuaskan. Seperti tak ada waktu lagi untuk esok, takut tak terselesaikan.

Seiring berganti hari mengapa hatiku seperti tersayat ketika kau menceritakan tentang dia. Mengapa kau begitu marah ketika aku mengomentari sikapnya yang menurut aku tidak pantas untuk mu. Aku marah merasakan sikapmu itu. Aku merasakan cintamu yang terlalu dalam untuknya. Rasa cemburukah? Ya aku cemburu.Terlalu cemburu malah. Hatiku kembali menyayat, menggerus jiwa, sakit, sakit sekali. Aku terlalu mencintaimu. Tidak rela rasanya melihat kau bahagia dengannya.

Semakin hari aku semakin takut kehilanganmu. Tapi semakin hari aku semakin sadar bahwa kau tak kan termiliki. Ada dia dan dia, milikmu dan milikku. Suka atau tidak suka, harus belajar menerima kenyaataan, bahwa semua ini akan semakin sulit. Karena aku semakin dalam mencintaimu, sedalam jiwaku yang mengalir diseluruh nadi tubuhku. Kau sudah merasuki jiwaku, seluruh sel-sel syarafku mengalirkan cintamu, dan memompanya kejantungku dan itulah yang menguatkan aku sekarang. Kekuatan yang mengenyahkan segala kepedihan.Aku bersyukur untuk semua yang telah kau berikan. Hanya saja, apakah aku kuat jika semua ini berhenti ?

Sepanjang fajar demi fajar, malam bertemu malam, dan cahaya bintang yang datang, aku bertanya, apakah yang aku cari. Hatiku berdialog dengan jiwaku. Puaskah aku, bahagiakah aku? Aku bahagia. Kebahagiaan yang telah terlalu lama kutunggu. Aku begitu nelangsa dan putus asa, mengira kebahagiaan sudah tak kan mau menyapaku lagi. Akhirnya kebahagiaan datang seperti siraman air tatkala dahagaku datang. Akankah kulepas ini semua. Aku akan meronta apabila kehilanganmu sekarang. Jantungku mungkin kan berhenti berdetak, seiring putusnya aliran cinta ini ? Aku tak mau mengakhirinya. Sungguh tidak adil jika dihentikan sekarang. Terlalu cepat. Aku belum puas.

Mimpi ku tadi malam telah menghentakkan jiwaku, menyadarkan aku bahwa aku kini telah hidup diantara bayang-bayang, di dalam mimpi-mimpi. Kau melangkah semakin jauh, tak berpaling. Jalanmu begitu pelan, tapi mengapa tak mampu kukejar. Ada apa ini. Kutercenung menatap garis batas laut. Apakah sudah saatnya. Apakah ini harus dihentikan. Sanggupkan aku. Aku bahagia, memang - itu ku akui. Tapi aku berbahagia diatas penderitaan orang lain. Ada cintanya dihatimu, yang membuat hatimu bimbang melepaskanku. Ada rasa ragu dan takut. Ragu karena keegoisan kita, yang terlalu ingin memiliki. Takut menjadi saling menyakiti. Tapi cinta kita bukan cinta yang saling menyakiti. Cinta kita adalah cinta yang terlambat. Tak ada yang harus disesali dan disalahkan , bahkan waktu pun tak bersalah atas semua ini.

Dari hatiku yang paling dalam, aku mohon maaf dengan keputusanku. Hidupku belakangan ini adalah hidup dalam mimpi. Hidup dalam ruang abu-abu. Aku bahagia hanya di dekatmu, tapi aku menangis apabila kau tak hadir. Aku seperti menertawakan diriku sendiri. Menumpuk satu masalah dengan masalah baru. Kebahagiaan yang terkungkung selama ini,memang telah datang. Tapi itu semu dan tak abadi. Harus disadari bahwa ini memang hanya mimpi. Aku harus kembali ke duniaku yang sebenarnya. Dunia dengan satu syarat, bertahan dan bertahan. Untuk itulah aku hidup. Dengan segala duka yang terdalam yang pernah ada, kucoba mengais kebahagian dari sana. Aku tau aku harus mencoba bersabar . Selalu bertahan dan bertahan. Hanya masalah waktu saja. Walaupun aku tidak tau apakah dia benar-benar kan hadir di sisa usiaku nanti. Aku hanya bisa berharap, andai dia nyata.

mdn-051108

GOLDEN FRIDAY

Hmmmm makan siang hari ini terasa lain
terasa lebih nikmat dari makan siang hari-hari yang tlah lewat
Telpon mu yang mendadak, memburai beberapa pekerjaan yang masih tersisa
ah sudahlah tinggalkan saja sejenak
ajakan ini lebih penting, pikirku
suatu yang jarang pulak
Tidak ada yang istimewa pada menu kita
tidak ada menu spesial hari ini
mungkin jus kedondong ini yang agak spesial
karena terik diluar mengerontangkan tenggorokan
lepas dahaga dibuatnya - itulah spesialnya
beberapa pembicaraan yang tidak penting
bahkan sudah biasa
tempat kita makanpun bukan tempat romantis
tak ada cahaya lilin
atau gesekan dawai biola
bahkan pelayannya pun tak berdasi kupu-kupu
hanya ada dua tiga orang tamu saja
benar-benar tidak ada yang istimewa
namun mengapa hatiku terasa gegap gempita
seperti gemuruh ombak malam di jimbaran
ingat kau?
malam di jimbaran jauh lebih romantis
tapi siang ini
gemuruh gegap gempitanya hatiku
lebih kuat dari malam romantis di jimbaran itu
sangat bergemuruh bahkan detik ini pun masih terasa
ah indahnya makan siang hari ini
golden friday bersama mu...



PS : Sepertinya kita harus lebih sering melakukannya...


mdn-071108

ONLY TIME WILL TELL

Kadang aku heran dengan apa yang kualami saat ini.
Aku tak pernah mencari atau meminta cinta hadir disini.
Aku tak mengundangnya, apalagi memimpikannya walau sedetikpun saja.
Cinta memang aneh, datang seperti pencuri di malam hari, datang dikala lelap dan kelamnya malam.
Disaat kesadaran memudar, disaat kesembiluan begitu kuat menghimpit hati,
cinta datang seperti sebongkah es di tengah dahaga.
Bayangkan begitu nikmatnya, begitu segarnya.
Hanya saja sepotong cinta ini, harus dibagi diantara rongga hati yang tersisa.
Awalnya tak biasa, semakin hari semakin tak biasa.
Tak biasa dengan nikmatnya, tak biasa dengan rindunya,
sungguh suatu pengalaman hidup yang luar biasa.
Luar biasa karena begitu sulit ternyata, membagi sepotong cinta ini.
Menyakitkan dikala rindu datang menggenggam, tak kuasa untuk berdampingan .
Karena cinta ini adalah cinta yang hanya dapat disimpan,
bukan dinikmati secara wajar.
Apakah akan sanggup menjalani hidup dengan cinta yang seperti ini ?
Menjalaninya ditengah rasa sakit yang hanya bisa dinikmati sendirian?
Menjalani nya dengan kesendirian yang tak bertepi ?
Hm...jalani saja seperti air,
dan biarkan dia menemukan jalannya diantara celah-celah itu.
Nikmati dan biarkan ...
Only time will tell

mdn-111108

KETIKA MATAHARI BERSONETA

cuaca ada bersahabat hari ini
walau matahari sedikit malu-malu
hanya saja tak sepemalu kemarin
selamat pagi bisik sinarmu
kemudian,
aku membayangkan terbang melayang
jauh ke atmosfir tertinggi
seratus juta kilometer dari sini
merasakan matahari bersoneta
dimana korona memadu gelombang
berkolaborasi dan menyenandungkan nada
dawai angin membuai ku semakin tinggi
berputar, menggeliat,
mengikuti irama sempurna
amplitudonya begitu kuat tapi lembut
walau nyala api semestinya panas
tapi sungguh tak berasa
kaupun merasakannya juga ?
alunan sinar matahari
menemani ku di tempat tertinggi ini
sungguh suatu fenomena ternikmat
menikmati matahari bersoneta

MENUJU GUNUNG KUDUSMU

Satu hari lagi, pintaku pada malaikat yang bersayap abu-abu keperakan.
Satu hari lagi, hanya satu hari lagi, demikian aku memohon
Satu hari lagi, atau seribu hari lagi, adalah sama, jawab malaikat bersayap abu-abu keperakan
Satu hari lagi, ataupun seribu hari lagi, sudah tersurat bahwa hari ini adalah waktunya, malaikat bersayap abu-abu keperakan itu menegaskan
Bolehkan aku menjenguknya sebentar ? pintaku lagi
Dia sudah tidur, mungkin kau bisa menjumpainya dalam mimpi kalian
Jadi aku harus tidur juga ? tanyaku kembali
Tidurlah, temuilah dia, malaikat bersayap abu-abu keperakan itu menyuruhku

Aku melihat cahaya seperti terowongan dengan lidah api berkorona disekitarnya
Terowongan cahaya bergelombang, berlekuk-lekuk, ku sentuh dinding nya dingin, sedingin kakiku yang melayang
Terdengar lagu-lagu bersangkakala , lagu puji-pujian nan sahdu
Aku melihatmu disana, sedang tersenyum, sepertinya kau tau aku akan datang
Aku akan tidak bersama kalian lagi nanti
Sepertinya hari ini adalah saatnya
Waktu ku tidak lama singgah
Aku ingin menyampaikan pesan , tolong kau sampaikan
Aku takut aku tak sanggup mengatakan langsung padanya
Katakan padanya, selama kami bersama tak ada satupun hari yang tak indah
Tak ada satu hari pun yang tak bercahaya
Aku ingin satu hari lagi, untuk mengucapkan satu kata padanya
Tapi satu atau seribu hari lagi adalah sama, aku tetap akan pergi
Kau sajalah yang menyampaikan

Kebersamaan itu akan aku ingat sampai aku, kau dan dia, bertemu kembali
Satu hari nanti,
Percayalah aku akan menjadi malaikat kalian
Satu hari nanti,
Kita akan tetap bersama dalam ruang yang berbeda
Melihat dua malaikat kecil kalian beranjak dewasa
Melihat cinta kalian yang semakin bertumbuh
Satu hari nanti,
Aku akan selalu ada

Waktuku telah tiba
Malaikat yang bersayap abu-abu keperakan meraih tanganku
Sudah saatnya, demikian katanya
Kulihat iring-iringan malaikat menyambutku
Aku menoleh ke ibu ku yang terlelap, aku pergi,pamitku
Cahaya merona ketika raga dan jiwa berkeliat sontak
Melepas sukma-sukma terdalam ku
Jiwa ku melayang-layang
Melayang ringan, seringan awan
Masih diiringi puji-pujian sangkakala
Aku menuju gunung kudus Mu



R.I.P Seorang Sahabat 07121964 -15112008

SUDAH SELESAI

bulan berselimut awan
bintang tak bergemintang
angin tak berasa
dingin tak membeku
satu kata
napas ku
telah hilang
entah kemana

mdn-171008

JALAN CAHAYA

Pernah kah kau melihat matahari terbit di ufuk timur. Pelan dan berlahan menyemburatkan sinar sukacita pagi kepada mu secara kusyuk. Menyapa kulitmu bersama angin pagi, dingin, menggigilkan sendi-sendi nadimu. Menghela napas sambil melihat kepulan asap putih keluar dari rongga mulud mu yang barusan menggeretakkan gigimu tanda dingin itu terlalu menggigit sukma. Aku pernah bahkan sering. Bahkan terlalu dekat, malah. Hawa panas nan silau wahai mahatari tak sedikitpun mengubah niatku untuk menanti dan menatap semburat warna kuning keemasan muncul setiap pagi. Mulai dari rona keemasan muda , muncul berlahan,semakin kuat keemasaannya, menandakan wahai kau matahari kan menemaniku sepanjang hari ini. Kumohon selalu, antarkan aku menuju jalan cahaya mu,jika itu yang dapat membuat aku bersama dia.

Masih seperti pagi kemarin, aku masih setia menunggu mu wahai matahari,menyemburatkan sinar di ufuk timur. Aku tau, dia selalu menanti-nantikan saat ini, agar ketika dia terbangun dari tidurnya telah menemukan kau disana seraya berkata, wahai matahari , apakah malaikatku akan tetap menemaniku sepanjang hari ini ? Dan dia pun tersenyum,ketika kau menerpakan sinar ke wajahnya, seperti anggukan kepala manusia yang setuju. Dia telah mengerti arti terpaan sinar itu. Dan itulah yang membuat dia akan selalu bersemangat bersinar menjalani hari.

Pagi ini aku melihatmu bangun terburu-buru, seperti biasa kau selalu terlambat. Kau jerangkan dua ceret air di tungku, satu untuk air mandi anak-anakmu, yang satunya lagi untuk sepoci teh yang akan menghangatkan pagi kalian.
Aku tersenyum ketika kau berguman selamat pagi, seraya memandang sekilas kepadaku. Aku tau, sekilas bukan tak berarti bagimu, tapi aku tau , sekilas itu adalah mengenyahkan rasa rindumu kepada ku yang terkadang membuat kau akan berair mata jadinya. Sungguh aku pun tak ingin melihat kau berair mata di pagi ini, karena matahari pun tak akan mengamininya.

Sudah tigapuluhenam malam purnama terlewati tanpa mu
Beribu detik sudah kita lewati bersama dengan waktu cahaya yang berbeda
Bermiliar kali degupan jantungmu berdetak, aku hanya dapat mendengarnya dari jauh

Aku tau sudah tigapuluhenam malam purnama kau menunggu-nunggu
Hampir setiap malam itu, matamu berkaca-kaca
Tapi kadang kau usap cepat, seakan-akan takut ada yang melihat
Tapi terkadang kau lepaskan sedumu, lama, terisak-isak menggumankan kata yang menyayat hatiku
Aku pun ikut menangis, karena tak kuasa menghentikan isakmu.
Jarak kita terlalu dekat hanya sebatas cahaya. Hanya saja cahaya itu memiliki lorong waktu yang berbeda. Waktu tak berarti disini. Aku dapat terbang kemanapun aku pergi . Begitulah yang kulakukan setiap kali tak kuasa mendengar ratap mu, aku melayang menjauh sejauh yang aku bisa. Dan aku akan kembali lagi bersama sinar mentari pagi meronakan hatimu dengan cahaya cintaku.

Kau masih menunggu-nunggu
Kau masih berkaca-kaca
Kau masih menatap langit malam dan berguman , "aku tak melihat bintang lagi malam ini"
Hatimu berharap bintang datang malam ini
Hatimu berharap aku datang
Dan malam ini setelah tigapuluhenam malam purnama tak kita lewati bersama
Aku datang…

Kita tak bersentuhan
Hanya berdialog, dengan bibirmu yang terkatup rapat
Jiwa kita saja yang saling berbicara

"Seperti apakah rasanya," kau bertanya setelah ku katakan aku baik-baik saja
"Rasanya seperti ditiup angin, " kujawab singkat
"Apakah dingin disana," tanyamu kembali
"Dingin namun hangat," jawabku
Jeda sejenak
"Aku belum pernah merasakan dingin namun hangat, seperti apakah itu," jiwamu berguman
"Seperti ketika aku mencium keningmu dulu," aku menjelaskan
Jiwamu tersenyum, sepertinya kau mulai mengerti
"Aku begitu rindu," lanjutmu
Aku tak menjawab, namun kuhantarkan cahaya paling hangat ke jiwamu
Kau tersenyum, namun masih berkaca-kaca
Jeda kembali, cukup lama
Aku tau begitu banyak yang ingin kau ucap. Namun sepertinya jeda adalah lebih baik saat ini
"Aku selalu merasakan kau tetap ada," ucapmu
"Aku tak pernah meninggalkanmu," bisik jiwaku
"Aku selalu menunggu-nunggu saat seperti ini, namun mengapa lidahku seperti kelu," kau keluhkan rasa itu.
"Kau pikir aku tidak, aku juga demikian, kelu," jiwaku ku berkata lirih

"Terkadang aku ingin terbang melayang,mencari jiwamu,tapi aku ingat dua malaikat kecilku ini, mereka yang membuat aku mengurungkan niatku, " hatimu tak berbohong
"Aku tau. Dan ketika kau hampir melayang jauh waktu itu, aku meminta beribu-ribu malaikat mengantarmu kembali, demi dua malaikat kecil itu. Belum saatnya dan masih lama," lanjutku
"Aku begitu nelangsa tanpamu," uraimu berair mata
Jiwaku masih menghantarkan cahaya hangat masuk ke sanubari jiwamu yang terdalam
Aku ingin cahaya ini menguatkan jiwamu yang nelangsa. Biarkan cahaya jiwaku menghancurkan jiwa-jiwa nelangsamu , mendepak dari sudut jiwamu yang terdalam, menggantikan jiwamu dengan seberkas sinar cahaya jiwaku. Kemudian mengenyahkan jiwa nelangsa itu untuk selama-lamanya. Aku ingin kau hidup sebagai lentera untuk kedua malaikat kecil mu , melenterai perjalanan hidup mereka segaris hidupmu.
"Aku merasa hidupku koma, " lanjutmu "Aku merasa seperti dikutuk oleh sang khalik. Berjalan tanpa arah, berharap terlalu banyak, berdosa sedosa-dosanya, mengerdilkan diriku, berpenyakit tak terdiagnosa. Aku koma dalam tidur panjang ku. Tertatih-tatih membawa punggungku. Merasa jiwaku kosong.Hampa. Aku benar-benar koma," kudengar kau seperti meracau.Sedalam itu nelangsamu ternyata.
"Dia tak pernah mengutuk dirimu. Dia tak sekejam itu. Dia itu maha pengiba. Kau kurang dekat dengan Dia. Waktu mu mungkin terlalu mahal untuk bersanding dengan Dia. Itulah yang membuat kau merasa koma, terjebak dalam perasaan jiwamu yang kau anggap kosong itu," apakah aku keliatan seperti meracau ?

Lanjutku, "Aku sering menatapmu dari jauh, bahkan terkadang amat sangat dekat, tapi aku pun tak kuasa mengenyahkan perasaan-perasaanmu itu. Tak siapapun yang sanggup. Barang siapa yang dapat mengenyahkan rasa itu artinya dia sudah sejajar dengan sang empunya langit. Aku tau dan dapat merasakan apapun yang kau rasakan. Kerontangnya hatimu setelah kepergianku disaat satu letupan kecil di jantungmu menandakan putusnya raga duniawiku disitulah rasa itu mulai ada. Dan bagiku, tak ada yang lebih sakit melihat separoh nyawamu pun ikut melayang. Tak kuasa membawa sepotong jiwamu, karena betapa egoisnya aku jika itu kulakukan. Malaikat kecil mu lebih berhak atas sepotong jiwamu itu. Kutahankan rinduku tanpamu, melayang-layang entah kemana, mendekatimu dikala rindu membuncah, kemudian melayang-layang kembali ke berbagai penjuru langit dan ujung dunia.

"Apakah benar kita akan bersama lagi", tanyamu lirih
"Ya, jika Dia berkenan", jawabku, selirih suara sendumu
"Ada banyak hal yang kuputuskan sendiri, dan itu tidak mudah. Terkadang aku ingin menemukan jawaban yang terbaik, tapi sepertinya jauh. Andai kau ada, mungkin memutuskan lebih mudah. Aku baru mulai membiasakan mengartikan dunia tanpamu. Belajar mengerti kicauan angin, belajar mengartikan nyanyian badai, belajar mencintai dukacita, belajar mensyukuri kegalauan dan masih banyak hal yang tak kupahami. Dan itu semua kujalani tanpamu . Andai kau ada…", kau tak kuasa melanjutkan kata-kata lagi, karena keseduanmu telah menghentikannya.
Jiwaku dan jiwamu terdiam sejenak. Butiran airmatamu leleh disela-sela isakan sayup. Oh apakah penantianmu selama tigapuluhenam malam purnama harus berakhir seperti ini. Berakhir sama seperti malam-malam purnama sebelumnya. Mengisakkan tangis nan sendu. Mengakhiri malam dengan mata merah. Aku tak menginginkan itu terjadi. Pertemuan ini sudah lama kurancang. Agar kau tak menunggu-nungguku lagi. Agar kau ikhlas mengantarku. Apa yang harus kubuat?

"Pernahkah kau melihat matahari terbit di ufuk timur. Dengan cahaya keemasannya dia muncul menyapa kulitmu," jiwaku bertanya menyandarkan jiwamu.
Kau mengangguk mengiyakan. " Apa yang kau rasakan," tanyaku. Kau masih terdiam. "Hangat," lirihmu.
"Pernahkah kau melihat bintang di lintang langit," tanyaku kembali . "Pernah, "jiwamu menjawab
"Apakah yang kau rasakan," jiwaku bertanya kembali. "Hangat juga," jawabmu.
Kemudian jiwaku tersenyum kepada jiwamu yang sedikit terpaku.
Jiwaku menyampaikan ini, "Ketika kau merasakan sinar matahari dan kerlipan bintang menerpa wajahmu, kau tau, bahwa jiwaku adalah cahaya yang senantiasa menghangatkan sukma dan ragamu. Aku adalah jalan cahaya yang tak putus menerangi hidupmu. Seperti pesan terakhirku ketika masih bersamamu, jika kau menoleh, maka aku akan ada disana. Itulah janjiku.

"Berapa lama lagi," sepertinya kau tau aku akan pergi.
"Sudah waktunya," jawabku.
"Apakah akan ada hari lain seperti ini lagi," tanyamu
"Ingat janjiku, aku akan ada disana," jiwaku tersenyum menjawab
Iring-iringan cahaya dengan taburan bintang-bintang putih keperakan, dengan selaksa suara riuh merdu menggema, mengantar jiwamu pulang. Dan kau pun tersenyum, sudah kulihat sunggingan ikhlas di bibirmu. Aku tau kau telah mengerti arti penantian mu ini. Seperti pesan terakhirku, jika kau menoleh, aku ada. Aku adalah jalan cahayamu. Selamanya.


Medan 10.12.2008

In memoriam my beloved father "Bapak" 12.12.2005 - 12.12.2008

BULAN TERAKHIR TAHUN INI

Sudah bulan Desember
Sudah minggu ke dua nya
Tinggal beberapa hari lagi berakhir bulan ini
Artinya tahun 2008 akan segera berakhir pula
Masih ada beberapa hari lagi
Menuntaskan yang belum terselesaikan
Andai waktu bisa berhenti sejenak?
Tidak mungkin ya...
Hmm...
(blank)

SUKA CITA YANG LUAR BIASA

Medan,23 Desember 2008

Teman, Rekan, Sahabat dan Saudaraku,
Pada kesempatan yang indah ini
Ijinkan aku mengucapkan :
“Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2009”
Biarlah di hari yang Kudus ini, kedamaian senantian bersuka cita nan luar biasa di hati sanubari kita masing-masing
Biarlah juga suka cita yang luar biasa senantiasa kita terima pada tahun 2009 yang sebentar lagi akan kita jelang
Banyak salah ku , baik ucapan, maupun tulisan, tapi itu semua bukan bermaksud untuk membuat luka, dari hatiku yang paling dalam aku mohon maaf atas semua itu.

Rasanya begitu indah hari-hari terakhir di bulan Desember ini,
Merayakan kelahiran Yesus Kristus
Lahirlah Engkau Sang Penebus
Biarlah tanganku menjadi ayunanMu
Dan hatiku menjadi palunganMu
Selamat Datang Yesus Kristus yang lahir kembali di hati ku

Sekali lagi,
Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2009
Mari kita sambut dalam suka cita yang luar biasa

Syaloom,


Liany & Keluarga