Sabtu, Maret 21, 2009

SUNYI


Memenggal hari menelusuri waktu
Menjejakkan langkah yang tak bertapak
Aku diam disini menuntaskan sesuatu
Belum selesai karena belum kumulai
Tak berdaya karena apa ?
Ada rasa jenuh yang hinggap
Bergeming sebentar tetap lunglai
Tak berdaya seperti tak ber asa
Bukan karena lengah
Tapi memang jengah
Jika aku berandai aku tak sendiri
Mengapalah kosong jua yang terasa
Ah sunyi nya
Seandainya ada dawai yang menemani

Kamis, Maret 19, 2009

MENANTI BIANGLALA

alur menggapai mengapit jingga
langit berbaur merapatkan nokhta
cakrawala mengerut menandakan apa
sontak angin mendadak hampa
muludku kelu dan tercekat
ada apa gerangan ?
mengapa degup semakin keras
gemetar aku serasa diremas
seperti tulang ditarik dua arah
jingga mengapa kau menatapku saja ?
pinggiran langit membisu
tak hendak menyapaku walau sebentar
aku masih tercekat
tak mampu menepis degup
semakin kencang dan keras
aku ingin menyembunyikan rasa ini
demi menunggu bianglala
yang kan muncul di langit gulita
mungkin kah ?

Kamis, Maret 05, 2009

There can be miracles when you believe

Aku mencari wajahMu diantara cahaya
Ada beribu-ribu malaikat mengelilingiku
Tapi masih tak kutemukan wajahMu
Kasihanilah aku Tuhan
Sebab tulang-tulangku gemetar
Aku remuk dan merana
Berapa lama lagi Tuhan?
Slamatkanlah jiwaku dengan kasihMu
Aku masih ingin melihat matahari terbit di ufuk
Dan mendengar senandung angin di udara
Merenda hari bersamaMu
Ditemani malaikat tak bersayap, sahabat-sahabatku
Masih belum kutemukan wajahMu
Tapi sudah kurasakan genggamanMu
Yang kan menuntun aku kembali


*Cepat sembuh Mina, kami menunggumu pulang*

Rabu, Maret 04, 2009

MATA



Mata itu lekat dengan urat nadiku
berdenyut berdesir dan bercahaya
mengalir di darahku
mengamati ku disela detak jantungku

Selasa, Maret 03, 2009

BINTANG ( Part 1 )





ULUWATU



Aku terdiam diantara deru ombak yang menerpa karang diantara tebing di Uluwatu. Beberapa kera melompat diantara pura. Kera keramat. titisan sang dewata. Aku menatap laut biru sambil menghela napas panjang. Laut menjadi kecintaanku akhir-akhir ini. Sepertinya lepas beban ini jika menatapnya. Sinar matahari sore tak begitu panas menerpa wajahku. Mataku tak begitu silau melihat cahaya sore mu menerpa permukaan laut. Ombak masih datang silih berganti, berpacu dengan buih putih gelombangnya. Dikejauhan kulihat beberapa perahu, kecil, pelan dan berlahan berjalan ditengah ombak yang sore ini begitu baik hati riaknya. Sebentar lagi sunset akan datang mempesona semua wisatawan yang datang ke sini. Itulah salah satu moment yang ditunggu semua orang, sambil menikmati tarian kecak menjelang turunnya sang fajar ke peraduannya. Beberapa tourist guide membawa serombongan turis, sepertinya dari Jepang atau Taiwan. Berkulit putih dan bermata sipit mereka. Logat bahasanya seperti dari Taiwan. Ya mandarin. Bahasa yang seperti nyaris mirip dengan Hokkien ditelingaku , mengingatkan kepada kota tempat kumenghabiskan sebagian besar hidupku. Teringat dulu aku begitu sering memarahi anak-anakku jika nilai bahasa Mandarin mereka kurang dari tujuh. Angka tujuh menjadi momok menakutkan dimata anak-anakku. Mami tidak pernah kompromi sedikitpun dengan nilai tujuh, teriak anakku Bulan. Teman-temanku malah dapat nilai empat , lanjutnya. Aku selalu marah sewaktu mendengar protes kerasmu. Dalam hatiku lihatlah nanti nak, tak kan menyesal kau dengan peraturan yang kubuat itu. Aku tersenyum mengingat kisah nilai pelajaran Mandarin itu. Kau sedang ngapain Bulan, pastilah saat ini kau sedang sibuk dengan rapat-rapat bisnismu di Hongkong sana. Tentu saja dengan kemampuan bahasa Mandarin mu nan fasih kau sibuk berargumen dengan partner business bos mu ya. Kau memang hebat. Diusiamu yang sangat muda, untuk ukuran bangsa kita kau cukup hebat untuk mendapat kepercayaan dari konglomerat Negara sana. Menjadi salah satu personal assistant handal salah satu taipan Hongkong, pemilik property terbesar disana.



Teringat Bulan, teringat aku kepada Bintang. Anak bungsuku, satu-satunya laki-laki penerus trah marga papinya. Terngiang-ngiang kembali perkataan Bulan tadi malam ditelepon. Mi, Bintang tidak mau kembali. Dia masih sangat marah dengan mami. Mungkin sementara ini mami jangan menghubungi dia dulu. Aku takut hubungan mami dan Bintang makin tegang. Kututup mataku sambil mendengar suara pelan Bulan diseberang sana. Aku bisa mengerti perasaan Bintang tentunya sangat marah kepadaku. Sungguh , siapapun yang mengalaminya tak akan kuat menerima kenyataan seperti yang Bintang rasakan saat ini. Tak mengapa Bulan, mami mengerti kok, sahutku lirih. Biarkan Bintang sendiri dulu, Ya akan kubiarkan Bintang menjauhi ku- untuk sementara. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk membujuk atau berbicara dengan dia. Apapun perasaan nya saat ini padaku, aku terima. Semua ini memang salah ku.



Silau matahari yang mulai turun ke garis laut, membuyarkan lamunanku pada Bintang. Aku melangkah ke sisi tepian tebing. Kusangga tanganku sambil memandang laut, ah…bau ombak serta deburnya tak pernah bosan aku menyambutnya. Kulihat sepintas, arena tontonan tarian kecak sudah mulai penuh. Kecak selalu menjadi atraksi yang membanggakan di tanah Bali ini. Sepertinya jiwa kecak telah membuat setiap hati turis yang datang ikut menari diantara dengungan kata yang keluar dari para pemain. Mendecakkan kagum yang tiada henti, tarian tanpa musik, hanya decakan kaum pria yang menari. Sungguh suatu kesempurnaan disela senja yang semakin dekat. Matahari sebentar lagi turun dari singgasananya. Semilir angin menerbangkan anak rambutku. Masih kutatap laut sambil menunggu turunnya senja. Perlahan diufuk kulihat dia mulai turun, cepat sekali jatuh ke laut. Dan sebentar cahaya kemerahan menyemburatkan sinar, itulah sunset yang tak pernah bosan kutunggu. Kutatap lama, senja telah benar-benar turun. Sebentar kemudian, kegelapan mulai berbenah. Bergantian dengan sang terang terang, mereka kan menemaniku malam ini.



Kuputuskan tak mengikuti atraksi kecak sore ini. Sudah beberapa kali aku memutuskan tak menontonnya lagi. Sejak kesendirianku, tak pernah aku menikmati kecak . Seperti nya bangku disebelah ku selalu kosong jika aku disana, walau ada orang lain yang mendudukinya. Menonton kecak tak senikmat dulu, ketika … ah, mengapa bayangmu selalu ada disini, di Uluwatu tempat perhentian tebing yang terakhir.



AWAL



“Aku bahagia akhirnya kita bisa berduaan disini” Dev melompat memelukku setibanya aku dikamar hotel nya. “Sport jantung aku” kusambut pelukannya erat. “Dari tadi aku gak tenang dipesawat. Perjalanan sepertinya lama sekali. Hampir aku datangi pilotnya agar memaksimalkan laju terbangnya” aku mengomel seraya menggayutkan tanganku di lehermu. “Tapi akhirnya sampai juga kan”, ucapmu sembari melingkarkan tanganmu di pinggulku. Kecupan hangatmu di kening, di mata, begitu lembut. Tanpa kita sadari kita hanyut dalam helaan napas yang sudah lama tertahankan. Bibirmu begitu lembut menyambut bibirku. Sudah begitu lama saat seperti ini kita nantikan. Terbelenggu dengan kehidupan kita yang jauh selama ini. Kata-kata menjadi tidak begitu penting. Tanganmu mulai mengelus seluruh jiwa dan ragaku. Rintihan kecil dan erangan kenikmatan yang tertahankan selama ini telah memuncak diatara geliat tubuh kita. Begitu indah kurasakan. Keringatmu menyatu dengan gelora cintaku. Dalam helaan nafas kecapaian, kau kecup lembut keningku, sembari kau belai anak rambut di dahiku. “ Kau begitu cantik, aku sangat merindukanmu”, lirih kau berkata sambil kau dekap erat seperti tak ingin kau lepas diriku.



Malam kita lalui dengan segala kebahagian yang pernah ada . Aku tak pernah mau jauh dari sisimu sedetikpun. Sebentar-sebentar telepon mu berbunyi. Kadang kau masuk ke kamar mandi, aku tau kau tak mau menyakiti hatiku. Pasti dari dia, istrimu. Kemudian kau kembali memelukku. Kurebahkan kepalaku didadamu. Aku ingin setiap saat bisa begini, bisikku, dan kau tersenyum mendengarnya. Kita nikmati saja waktu kita yang sebentar ini. Aku mencintai kau .Kata-katamu selalu menyejukkan hatiku. Setelah kita siap, kau mulai lagi menggodaku dan berakhir dengan erangan kenikmatan dariku. Malam ini kulalui dengan kau disisiku. Aku peluk erat, kau juga. Sepertinya kita tak ingin berpisah. Waktu kita tak banyak. Karena kita harus kembali ke dunia kita masing-masing. Dunia dimana ruang hati kita , kita bagi untuk istrimu, dan suamiku.



Pagi nan cerah. Wangi tubuhmu masih menggoda ku sepagi ini. Pagi bintangku, kau sapa aku setengah berbisik. Pagi juga sayang, kucuri ciuman kecil dibibir lembutmu. Hm…segar sekali rasanya bangun pagi-pagi dengan ragamu disisiku. Andai ini dapat kita lalui setiap pagi. Dengus napasmu ditelingaku membuat denyut kenikmatan dibagian bawahku. Geliat pinggulmu mencari celah diantara kedua kakiku . Napas yang naik turun membangkitkan segala cinta ku yang pernah ada untukmu. Geliat tubuh kita yang naik turun, tak capai memburu gelora cinta kita, oh sampai kapan kita dapat menikmati saat-saat seperti ini lagi sayang. Gemuruh ombak diluar tak mampu menghentikan kebersamaan kita saat ini. Begitu kuat deburannya menyatu dengan erangan suara kita berdua. Kamar ini menjadi saksi cinta kita berdua. Cinta yang terlarang.





SANG BINTANG



Wah selamat bu, akhirnya yang dinanti datang juga. Dokter Lo mengulurkan tangannya kepada ku dan suamiku. Dengan USG 4 dimensi ini jarang meleset. Dari awal Ibu ketahuan hamil, feeling saya bilang ini pasti laki lho Pak. Wah..senang sekali rasanya. Dua minggu lagi datang lagi lah. Ini kali harus lebih banyak vitamin dan suplemen yang dimakan untuk si Junior ini. Dr. Lo, tak henti-hentinya bercakap. Senang sekali dia. Suamiku pun tersenyum lebar mendegar kabar baik ini. Diusapnya punggung tanganku. Makasih Ma, mudah-mudahan ini menjadi awal hubungan yang baik untuk kita ya. Aku tersenyum. Ada debaran halus bergetar dihatiku. Hampir menitik air mataku. Tapi kutahan, kukejapkan biar tak jatuh. Aku tak ingin kebahagian suamiku pupus karena air mata ini. Tapi sepertinya dia sempat menangkap mataku yang berkaca-kaca. Diusapnya kembali punggung tanganku sambil yang satunya lagi menepuk pundakku pelan. Aku juga terharu Ma, katanya. Air mata harukah ini. Syukurlah kau menganggap demikian.



Kulalui hari hari sembilan bulan ku. Dengan segala sisa hatiku kulewati bulan-bulan tersulit. Siang ini aku duduk dalam hening, sesekali memandang ke luar jendela, ah begitu rindunya aku. Sedang apa kau saat ini. Kuelus perutku yang mulai keliatan. Teringat aku kata-kata Dokter Lo tadi malam, laki-laki. Ya aku akan punya anak laki-laki. Setelah 11 tahun menunggu, akhirnya 4 bulan lagi aku akan melihat anak yang sangat kudamba ini. Semilir angin yang meniup pohon palem diluar sana, dengan silau terik matahari, jalanan ramai sekali. Ini jam makan siang, mengapa aku belum merasa lapar. Sudah beberapa hari ini nafsu makanku tidak ada. Entahlah belakangan ini aku seperti kehilangan gairah, aku merasakan denyut nadiku semakin pelan. Aku melihat tak ada asa lagi yang menjadi alasan aku bertahan. Hanya saja konfirmasi Dr.Lo tadi malam cukup merubah suasana hatiku belakangan ini. Laki-laki? Selama ini memang aku sangat mendambakan anak laki-laki. Di keluarga Batak laki-laki seperti dewa yang sangat dinantikan ditengah-tengah marga. Sepertinya perempuan bukannya titipan Tuhan yang tak bermakna untuk disebut penerus keturunan. Sudah begitu lama aku tak suka dengan arogansi itu. Tapi aku sudah mengikrarkan janjiku dialtar, menikah dengan laki-laki Batak, yang notabene mendoktrin kan itu dimasing-masing keluarga besarnya. Awal-awal pernikahan yang kujalani, hal itu tidak menjadi masalah yang berarti. Tapi sejalan dengan berjalannya waktu, kehadiran anakku Bulan tak bisa merubah doktrin yang telah terpatri di lingkungan mertuaku. Secara aku tak berdaya karna memang siapa yang bisa mengetahui isi hati Tuhan, dibalik rencana mengapa aku tak dikaruniakan anak laki-laki sejauh ini ?. Mengikuti arisan dan perkumpulan keluarga besar suamiku pun menjadi momok menjemukan yang selalu kuhindari. Begitu banyak alasan ku untuk tidak hadir. Tapi suamiku sepertinya tahu kegelisahan hatiku dan membiarkan aku dengan segala alasan untuk tidak hadir. Ya mengapa dia harus marah dengan sikapku, kan dia yang lebih bertanggungjawab atas ini semua. Kromosom pembawa laki-laki adalah produksi dari laki-laki toh? Kromosom apa ya namanya, X atau Y, aku lupa, aku gak hapal pelajaran Biologi semasa SMA itu. Tapi memang laki-lakilah sebenarnya yang punya andil menentukan kelahiran seorang perempuan atau laki-laki kedunia ini.



Perutku terasa melilit. Lapar atau memang geliat janin di perutku? Hmmm, kau lapar ya nak ? Ku berdiri, bangkit dari kursi biru, mejaku kubiarkan begitu saja, ada beberapa kontrak yang masih harus di review.Nanti saja lah itu. Aku melangkah keluar ruangan mencari apa yang bisa aku nikmati siang ini.



PERASAAN ITU



Perjalanan ke pulau dewata kali ini agak sedikit lain. Apa karena cuaca mendung di balik jendela pesawat ? Hatiku mendesirkan sesuatu yang lain, yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kutepis perasaan itu, mungkin karena aku terlalu kecapaian belakangan ini, sehingga perasaan-perasaan yang tak perlu hadir, muncul. Masih 20 menit lagi pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai. Awan abu-abu semakin redup dilewati Garuda ini. Kau sudah sampai? Pasti sudah selalu begitu, kau pasti duluan yang sampai. Skenario kita tak pernah berubah. Suara pramugari menyentakkan lamunanku untuk segera memansang seat belt. Beberapa menit lagi akan landing, beberapa menit lagi aku akan kembali ke pelukanmu. Sudah hampir 2 tahun ini kita jalani kehidupan cinta kita. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki, selalu ada alasan untuk perjumpaan ini. Goncangan roda landing di landasan airport membuncahkan segala rindu yang selama ini kutahan. Antrian penumpang yang buru-buru berjalan kepintu pesawat, membuat aku harus sedikit menunggu. Senyum pramugari mengucapkan terima kasih, kubalas dengan anggukan kecil. Aku berjalan menapaki tangga turun, memandang sekitar, hm Bali...suasanamu memang lain dibanding dengan kota-kota di Indonesia . Tak pernah aku bisa melupakan tiupan angin selamat datang mu.





Ini hari kedua aku disini, kau belum datang juga. Tadi malam kau minta maaf belum bisa datang tapi berjanji pasti datang besok siang. Semilir angin di uluwatu, di sore menjelang senja, gerombolan kera berlarian, sebagian lengket dipelukan kera betina. Aku memandang ke laut, kilau air tertimpa sinar matahari September. Angin kembali menerbangkan anak rambutku dan mepermainkannya dengan nakal. Kuambil saputanganku, kubiarkan ia menghias rambut yang semakin acak-acakan. Ada desir dihati ini , teringat ketika kau lakukan itu dipertemuan kita terakhir. Kau ikat erat simpul saputangan itu dileherku, sambil kau cium lembut leherku.Kupejamkan mata, aku begitu rindu padamu, mengapa ada perasaan aneh bergejolak dihatiku, mengapa perasaan itu kembali membuncah? Kutepis, walau hatiku tak bisa mengelakkan perasaan itu, tapi kuyakinkan, dan kubisikan ke jiwaku, tidak akan terjadi apa-apa.Ini muncul hanya aku terlalu lelah.



AIR MATA KITA



Sepertinya semua ini memang harus kita akhiri. Maafkan aku. Aku terdiam dalam keterpakuan. Tak sadar atau memang tak mau sadar. Aku dengar kata-katamu. Tapi aku tak mau menyadari bahwa ini benar suaramu. Muludku masih menganga ketika kita bertatapan. Muludku masih menganga ketika kau raih tanganku. Dingin badanku, sedingin tanganmu. Maafkan aku. Sekali lagi kalimat itu kau ucap lirih, hampir nyaris tak terdengar.Tuhan, ini kah jawaban dari perasaanku dua hari yang lalu. Ketika ada denyut yang lain mengiris hati ini. Tuhan, aku belum siap. Aku tau ini sangat menyakitkan, bisikmu, sambil mencoba memelukku. Aku yang diam seperti patung, hanya mengikut saja ketika kepalaku menyatu di dadamu. Hangat air mata akhirnya tumpah jua dipipiku. Sedikit kurasakan ada tetesan di rambutku. Sepertinya kaupun menangis. Maafkan aku,maafkan aku. Kau ulangi lagi kalimat itu. Muludku terkunci dalam kebisuan, aku tak punya stok kata-kata yang bisa kuucapkan. Terlalu sakit, terlalu tiba-tiba, aku tidak mempersiapkan hari ini akan datang.

Teramat sakit ketika jatuh cinta, jika yang dicintai tidak dapat dimiliki. Teramat menderita ketika jatuh cinta, jika yang dicintai hanya dapat kita tatap dari jauh. Teramat amat perih ketika jatuh cinta, jika yang dicintai harus dimiliki orang lain. Jiwaku seperti terbang melayang. Aku seperti mayat hidup. Tak merasakan apa-apa lagi.

Maafkan aku, dia nekad menyayat nadi tanganya. Aku masih ingat anak-anakku. Kasihan mereka. Itulah kata-katamu, menikam sukmaku, rusukku,kau lebih memilih meninggalkan aku . Tuhan, aku tau aku jahat, tapi apa harus ini hukumannya. Aku belum siap kehilangan dirimu.

Kita belajar membohongi perasaan kita masing-masing, untuk orang-orang yang mencintai kita. Membohongi setiap helaan napas kita, membohongi setiap tetes darah yang mengalir di nadi kita, membohongi detak jantung kita, membohongi syaraf-syaraf otak kita, sungguh teramat sulit membohongi diri karna sungguh perih ternyata.



BINTANG



Kedatangan Bintang kecil dirumah kami, benar-benar laksana sinar yang menghangatkan jiwa penghuninya. Mendadak rumah menjadi tempat yang nyaman buat suamiku. Dia betah dirumah lebih dari delapan jam. Bahkan kadang dia mau tidak masuk kantor demi sang Bintang. Bahkan rela mengganti pokok, memberikan susu, atau menemani aku menyusui si Bintang dimalam hari. Suatu hal yang tak pernah kurasakan dulu, waktu sang Bulan hadir. Apa begitu besar arti seorang anak laki-laki di kehidupan nya, sampai semua ritualnya berubah. Kuakui hubungan kami semakin dekat. Matanya yang dulu tak memperlihatkan cahaya ketika menatapku, belakangan ini kami makin sering bertatap mata. Ah, apakah dia merasakan tatapan mataku . Apakah dia tau cahaya mataku bukan untuk dia lagi. Cahaya itu sudah berubah pasti.Kuharap kau tak menyadarinya.





CERITA BINTANG
(jeda sejenak menanti ilham)

REMUK

Remuk aku
raga tak berdaya
gontai mengayun langkah

Remuk aku
ditanyanya aku kenapa?
ada yang sakit atau kah?
ditanyanya lagi aku kenapa?
jiwa atau badan ku kah ?

remuk aku
tersungging sedikit senyumku
ketika remukku disamakan seperti krupuk
krupuk remuk

oh aku masih remuk
tulangku bernanah sepertinya
membusuk karena redam

oh aku masih remuk
ku tak mengerti mengapa bisa ?
remuk ini sungguh nista
dan menyakitkan


mdn-030309

Senin, Maret 02, 2009

Rindu Dia

aku gemetar dalam doa
ketika tangan kanan ku angkat
ada sensasi baru yang belum pernah kurasa sebelumnya
terisak isak aku dalam tangis
mengaduh aku memanggilMu Tuhan
berguncang dada dan hati
memanggil-manggil Roh Mu agar datang lah
masih kuangkat tanganku
tapi mengapa muludku kelu
apa karna aku masih mendua Tuhan?
aku masih belum mampu melakukannya
betapa aku selalu mengharap
dan memohon waktu itu tiba
Kau dengar bukan ?
aku menginginkanMu menyentuh roh jiwa ku


mdn010309

RASA ITU

Rasa apa ini namanya ?
ketika sebuah kata muncul terbaca
kutangkap, seperti pesan tak biasa
tapi biasa untukmu sepertinya
kata itu berulang-ulang muncul
aku menangkap sesuatu
kau cemburu sahutmu, ketika aku diam
cemburu apa curiga bisik hatiku
aku pura-pura tertawa
menenangkan hati yang bertanya-tanya
oh benarlah perkiraanku selama ini
mata hati bukanlah pendusta
tapi mengapa dia ?
terlalu kau

wajarkah aku cemburu?
tidak ada alasan untuk rasa itu
ingin kutanyakan pada sang empunya kata tadi
tapi aku terlalu tabu memulai
untuk apa ?
tak ada alasan untuk itu
biar saja
toh semua sudah selesai...


mdn 020309

HUJAN

Pagi yang basah, kuyu dan menggigil
Bayu keterlaluan membuat aku mengerut
Tak berdaya pagi ku
Tarian hujan kali ini tak bisa kunikmati
Siang pun tak bersahabat karena awan malu-malu
Matahari sembunyi apa lupa waktu ?
Sepanjang hari menjadi tak jelas
Ah sudah sore
Senja pun mulai turun
Langit masih saja berkawan dengan mendung
Harusnya ada semburat jingga di kejauhan
Mungkinkah masih bercanda di langit yang lain ?
Masih kelam di luar
Ups aku beradu mata dengan petir
Sepertinya aku tak kan melihat kembang mekar di langit malam ini

mdn270209

L is mine

1. What is your name: Liany , u know that

2. A four Letter Word: Love…. Love Love Love Lotta Love

3. A girl’s Name: Lovely

4. A boy’s Name: Lucky

5. An occupation: Lecturer

6. A color: Light Purple…

7. Something you wear: L****L….should I mention here? ;-)

8. A food: Lontong Pecal..*slurp*

9. Something found in the bathroom: Lotion…

10. A place: London……ouch why Bali starting with B ?

11. A reason for being late: Lambatbangun.com ;-)

12. Something you shout: Louder please !

13. A movie title: Lassie

14. Something you drink: Lime Juice

15. A musical group: Lobo ( dasar jadul…ingatnya yg jadul2…)

16. An animal: Laba-laba…halaaaaah…

17. A street name: Letjend S.Parman…cant find any…*sigh*

18. A type of car: Lexus

19. The title of a song: Love Song of course…too many…cant write every title here…

20. Name an activity that requires more than 2 people: Lari Estafet….*sumpah hang pas disini..no idea*

25 random thinks about me

1.Always rush in the morning to prepare this think and that think for my kids

2.I cant drive event my husband say “ if u can drive, I gonna buy u a new car” I said : no thank u…I still enjoy as your navigator….*smile*

3. i luv thai food , pasta and dim sum…hate fish except it cooked by my mom

4. I was born in sumatera and still here till now .but my little town at riau still the best town in my life..miss duri sooooo much

5.I live @ my parent house since my dad fly to the heaven.cant imagine if my mom going to my dad’s home too

6.Planning to do another honey moon to bali again…but don’t know when…miss uluwatu so much

7.Dream one day should be going somewhere by submarine…

8.i luv collect all recipes and one day will cook every day for my hubby and kids..cant wait waiting for that moment.

9.im a daddy’s girl…still wake up in the mid nite and crying when I miss him

10.I wish I can go to Duri , little town at Riau with my grandchildren one day

11.My angels said…mom you talk too much..stop it !

12.Now seems like I addicted to facebook. My hubby said…oh no..not again…if I turn on my laptop at nite…

13. plan to play violin again since I stopped when I get married. Damn I forget how to play and where’s my violin now?

14.I wish I have library's car like I ever saw when I was young at my town…we call that car as library. cant explain much about that car, look like a big container…but I always remember that and still wondering one day I should have one

15.Stars, rainbow, sky and sun…I luv their colors, amazing…

16.Can stop my eyes not to see a books….books and books. No wonder my angels luv books very much also

17.I wonder one day no more pills and tablets in the morning…I hate them very much

18.im a very blessed women cause I surrounded by a very blessed woman; my mom, my sista; my angels and my best friend… luv them more than anything…blessed them oh lord…


19.Uluwatu, the place that I luv very much and I plan to go there once a year…hmmm
God do you have a plan to give me more money??? Hope I can buy a small house
there

20.Still buzy with my little garden…jasmine garden…with 200 pieces of jasmine three.. enjoy the weekend with my hubby just seat and see our small garden grow…hm so wonderful moment

21.I want to use my wedding ring again…*sigh*

22.I wish my oldest daughter to study astronomy and my lil pumpkin be a doctor. Is that too much?

23.I get bored easily

24.If my old friend said wow you look younger than your age, what the secret. I said..the secret is my curly hair.*wink* never change my hair style ..and always smile of coz

25.i luv photography but cant implement now..one day I wish I can write a poem then publish with my photo collection .

BINTANG DI MANA?

angin terlalu datar malam ini
sepoinya tak biasa
dinginnya saja yang sama
langit gulita tak bercelah
tak satupun bintang
sudah beberapa malam begini, sama...
awan kelam terlalu kelam
sampai terlintas ingin melukis langit
dengan roncean bintang
dengan sesapuan kuas
merenda bulan yang malu-malu
agar lebih bersinar diatas sana
dan menyemburatkan isi hati
rindu...
rindu kepada bintang...
bintang, dimana ?

mdn-021108

MENUNGGU

menatap langit senja dari kisi-kisi jendela
menghitung detik sambil menunggu
menatap jalan lengang di luar sana
sudah hampir magrib
azan bersoneta, sahdu
ada sukma yang terbangun
memanggil jiwa yang letih
aku masih disini menunggu
masih menatap dari balik kisi-kisi jendela
sesekali kutarik napas
terlalu lama hari ini aku di sini
tak enggan beranjak
namun tak berdaya
sudah sepi
sepi menunggu terlalu lama
entah menunggu apa
yang tak kunjung datang...


mdn-041108

GOOD NITE BABE

gemuruh di lautan hati
ketika namamu menyemburat di ingatan
ingatan masa lalu melompat lompat
persis seperti gumpalan-gumpalan awan
yang terbang di langit siang hari
percayakah kamu ?
saat ini seluruh membran otakku
tak bisa mengenyahkan namamu
aku sangat menikmati perasaanku saat ini
terlena dengan segala keindahan yang semu
berandai-andai dengan waktu
jikalau begini , begitulah pertanyaanku
namun apakah engkau tau
aku mencarimu di antara mimpi
berharap yang dulu bisa diraih
ah aku ingin tidur lagi sebentar
semoga kutemukan kau disana

*
*
*

gud nite babe….carilah dia diantara mimpi
semoga kau temukan dia dalam jeda tidurmu…


mdn-051108

ANDAI DIA NYATA

Sinar matanya begitu sempurna. Menusuk sampai ke hatiku. Inikah namanya belahan jiwa yang kutunggu. Genggaman tangannya begitu erat tapi hangat dan entah mengapa aku merasa dekat. Adakah kesempurnaan yang lebih dari ini ? Terlalu cepatkah aku menilai dan merasakannya? Aku terlalu sering mendustai hatiku dan bersandiwara memainkan peran hidupku, tapi ini bukan. Aku berdialog cukup lama dengan jiwaku. Aku paham dan mengerti benar bahwa aku sudah terlalu sering memainkan peran pura-pura. Menipu diriku, jiwaku , perasaanku dan mata hatiku. Aku terlalu terlena dengan segala kepedihan yang kujalani. Sekali lagi aku bertanya pada jiwaku, adakah kesempurnaan yang lebih dari ini, terlalu cepatkah aku menilai dan merasakannya? Menilai ada hati yang lain dimatanya, ada hati yang menjanjikan di matanya. Mata hati yang tulus. Suaranya yang sedikit berat, menguatkan beratnya beban hati ini.

Kutapaki jalan hari-hariku. Ada rasa sejuk seperti embun pagi jika bersamamu. Ah , mengapa waktu tak bisa berputar kembali. Sehingga detik yang akan kujalani tidak seperti sekarang ini. Aku menghempaskan diriku di ranjang, seperti biasa, malam berlalu sendiri. Kuintip di kisi-kisi jendela, ada cahaya bintang, yang selalu menemani aku dari dulu. Aku selalu percaya, hanya bintang yang setia menemani aku. Sudah beberapa malam ini, aku sering tersenyum sendiri ketika melihat bintang yang sedikit malu-malu mengintip. Aku menangkap sinar wajah dia disana. Cukup adilkah yang kurasakan ini, membagi ruang di hatiku dan menyakiti hati yang lain ?

Waktu berlalu, dunia memang serasa milik kita berdua . Begitu indah begitu nikmat. Andai waktu dapat kuputar kembali ke masa muda kita dulu, apakah kita juga akan sebahagia saat ini? Jari jemarimu yang membelai rambutku, pipiku dan seluruh tubuhku, sungguh suatu yang luar biasa yang belum pernah aku alami. Benar-benar dasyat dan menggetarkan. Sampai ke sukma dan titik terdalam jiwaku. Apa yang aku alami ini sepertinya tak ingin kuhentikan, walaupun aku tau begitu besar resikonya. Setiap detik begitu berharga untuk kita. Walaupun waktu begitu terbatas, kita seperti tak terpuaskan. Seperti tak ada waktu lagi untuk esok, takut tak terselesaikan.

Seiring berganti hari mengapa hatiku seperti tersayat ketika kau menceritakan tentang dia. Mengapa kau begitu marah ketika aku mengomentari sikapnya yang menurut aku tidak pantas untuk mu. Aku marah merasakan sikapmu itu. Aku merasakan cintamu yang terlalu dalam untuknya. Rasa cemburukah? Ya aku cemburu.Terlalu cemburu malah. Hatiku kembali menyayat, menggerus jiwa, sakit, sakit sekali. Aku terlalu mencintaimu. Tidak rela rasanya melihat kau bahagia dengannya.

Semakin hari aku semakin takut kehilanganmu. Tapi semakin hari aku semakin sadar bahwa kau tak kan termiliki. Ada dia dan dia, milikmu dan milikku. Suka atau tidak suka, harus belajar menerima kenyaataan, bahwa semua ini akan semakin sulit. Karena aku semakin dalam mencintaimu, sedalam jiwaku yang mengalir diseluruh nadi tubuhku. Kau sudah merasuki jiwaku, seluruh sel-sel syarafku mengalirkan cintamu, dan memompanya kejantungku dan itulah yang menguatkan aku sekarang. Kekuatan yang mengenyahkan segala kepedihan.Aku bersyukur untuk semua yang telah kau berikan. Hanya saja, apakah aku kuat jika semua ini berhenti ?

Sepanjang fajar demi fajar, malam bertemu malam, dan cahaya bintang yang datang, aku bertanya, apakah yang aku cari. Hatiku berdialog dengan jiwaku. Puaskah aku, bahagiakah aku? Aku bahagia. Kebahagiaan yang telah terlalu lama kutunggu. Aku begitu nelangsa dan putus asa, mengira kebahagiaan sudah tak kan mau menyapaku lagi. Akhirnya kebahagiaan datang seperti siraman air tatkala dahagaku datang. Akankah kulepas ini semua. Aku akan meronta apabila kehilanganmu sekarang. Jantungku mungkin kan berhenti berdetak, seiring putusnya aliran cinta ini ? Aku tak mau mengakhirinya. Sungguh tidak adil jika dihentikan sekarang. Terlalu cepat. Aku belum puas.

Mimpi ku tadi malam telah menghentakkan jiwaku, menyadarkan aku bahwa aku kini telah hidup diantara bayang-bayang, di dalam mimpi-mimpi. Kau melangkah semakin jauh, tak berpaling. Jalanmu begitu pelan, tapi mengapa tak mampu kukejar. Ada apa ini. Kutercenung menatap garis batas laut. Apakah sudah saatnya. Apakah ini harus dihentikan. Sanggupkan aku. Aku bahagia, memang - itu ku akui. Tapi aku berbahagia diatas penderitaan orang lain. Ada cintanya dihatimu, yang membuat hatimu bimbang melepaskanku. Ada rasa ragu dan takut. Ragu karena keegoisan kita, yang terlalu ingin memiliki. Takut menjadi saling menyakiti. Tapi cinta kita bukan cinta yang saling menyakiti. Cinta kita adalah cinta yang terlambat. Tak ada yang harus disesali dan disalahkan , bahkan waktu pun tak bersalah atas semua ini.

Dari hatiku yang paling dalam, aku mohon maaf dengan keputusanku. Hidupku belakangan ini adalah hidup dalam mimpi. Hidup dalam ruang abu-abu. Aku bahagia hanya di dekatmu, tapi aku menangis apabila kau tak hadir. Aku seperti menertawakan diriku sendiri. Menumpuk satu masalah dengan masalah baru. Kebahagiaan yang terkungkung selama ini,memang telah datang. Tapi itu semu dan tak abadi. Harus disadari bahwa ini memang hanya mimpi. Aku harus kembali ke duniaku yang sebenarnya. Dunia dengan satu syarat, bertahan dan bertahan. Untuk itulah aku hidup. Dengan segala duka yang terdalam yang pernah ada, kucoba mengais kebahagian dari sana. Aku tau aku harus mencoba bersabar . Selalu bertahan dan bertahan. Hanya masalah waktu saja. Walaupun aku tidak tau apakah dia benar-benar kan hadir di sisa usiaku nanti. Aku hanya bisa berharap, andai dia nyata.

mdn-051108

GOLDEN FRIDAY

Hmmmm makan siang hari ini terasa lain
terasa lebih nikmat dari makan siang hari-hari yang tlah lewat
Telpon mu yang mendadak, memburai beberapa pekerjaan yang masih tersisa
ah sudahlah tinggalkan saja sejenak
ajakan ini lebih penting, pikirku
suatu yang jarang pulak
Tidak ada yang istimewa pada menu kita
tidak ada menu spesial hari ini
mungkin jus kedondong ini yang agak spesial
karena terik diluar mengerontangkan tenggorokan
lepas dahaga dibuatnya - itulah spesialnya
beberapa pembicaraan yang tidak penting
bahkan sudah biasa
tempat kita makanpun bukan tempat romantis
tak ada cahaya lilin
atau gesekan dawai biola
bahkan pelayannya pun tak berdasi kupu-kupu
hanya ada dua tiga orang tamu saja
benar-benar tidak ada yang istimewa
namun mengapa hatiku terasa gegap gempita
seperti gemuruh ombak malam di jimbaran
ingat kau?
malam di jimbaran jauh lebih romantis
tapi siang ini
gemuruh gegap gempitanya hatiku
lebih kuat dari malam romantis di jimbaran itu
sangat bergemuruh bahkan detik ini pun masih terasa
ah indahnya makan siang hari ini
golden friday bersama mu...



PS : Sepertinya kita harus lebih sering melakukannya...


mdn-071108

ONLY TIME WILL TELL

Kadang aku heran dengan apa yang kualami saat ini.
Aku tak pernah mencari atau meminta cinta hadir disini.
Aku tak mengundangnya, apalagi memimpikannya walau sedetikpun saja.
Cinta memang aneh, datang seperti pencuri di malam hari, datang dikala lelap dan kelamnya malam.
Disaat kesadaran memudar, disaat kesembiluan begitu kuat menghimpit hati,
cinta datang seperti sebongkah es di tengah dahaga.
Bayangkan begitu nikmatnya, begitu segarnya.
Hanya saja sepotong cinta ini, harus dibagi diantara rongga hati yang tersisa.
Awalnya tak biasa, semakin hari semakin tak biasa.
Tak biasa dengan nikmatnya, tak biasa dengan rindunya,
sungguh suatu pengalaman hidup yang luar biasa.
Luar biasa karena begitu sulit ternyata, membagi sepotong cinta ini.
Menyakitkan dikala rindu datang menggenggam, tak kuasa untuk berdampingan .
Karena cinta ini adalah cinta yang hanya dapat disimpan,
bukan dinikmati secara wajar.
Apakah akan sanggup menjalani hidup dengan cinta yang seperti ini ?
Menjalaninya ditengah rasa sakit yang hanya bisa dinikmati sendirian?
Menjalani nya dengan kesendirian yang tak bertepi ?
Hm...jalani saja seperti air,
dan biarkan dia menemukan jalannya diantara celah-celah itu.
Nikmati dan biarkan ...
Only time will tell

mdn-111108

KETIKA MATAHARI BERSONETA

cuaca ada bersahabat hari ini
walau matahari sedikit malu-malu
hanya saja tak sepemalu kemarin
selamat pagi bisik sinarmu
kemudian,
aku membayangkan terbang melayang
jauh ke atmosfir tertinggi
seratus juta kilometer dari sini
merasakan matahari bersoneta
dimana korona memadu gelombang
berkolaborasi dan menyenandungkan nada
dawai angin membuai ku semakin tinggi
berputar, menggeliat,
mengikuti irama sempurna
amplitudonya begitu kuat tapi lembut
walau nyala api semestinya panas
tapi sungguh tak berasa
kaupun merasakannya juga ?
alunan sinar matahari
menemani ku di tempat tertinggi ini
sungguh suatu fenomena ternikmat
menikmati matahari bersoneta

MENUJU GUNUNG KUDUSMU

Satu hari lagi, pintaku pada malaikat yang bersayap abu-abu keperakan.
Satu hari lagi, hanya satu hari lagi, demikian aku memohon
Satu hari lagi, atau seribu hari lagi, adalah sama, jawab malaikat bersayap abu-abu keperakan
Satu hari lagi, ataupun seribu hari lagi, sudah tersurat bahwa hari ini adalah waktunya, malaikat bersayap abu-abu keperakan itu menegaskan
Bolehkan aku menjenguknya sebentar ? pintaku lagi
Dia sudah tidur, mungkin kau bisa menjumpainya dalam mimpi kalian
Jadi aku harus tidur juga ? tanyaku kembali
Tidurlah, temuilah dia, malaikat bersayap abu-abu keperakan itu menyuruhku

Aku melihat cahaya seperti terowongan dengan lidah api berkorona disekitarnya
Terowongan cahaya bergelombang, berlekuk-lekuk, ku sentuh dinding nya dingin, sedingin kakiku yang melayang
Terdengar lagu-lagu bersangkakala , lagu puji-pujian nan sahdu
Aku melihatmu disana, sedang tersenyum, sepertinya kau tau aku akan datang
Aku akan tidak bersama kalian lagi nanti
Sepertinya hari ini adalah saatnya
Waktu ku tidak lama singgah
Aku ingin menyampaikan pesan , tolong kau sampaikan
Aku takut aku tak sanggup mengatakan langsung padanya
Katakan padanya, selama kami bersama tak ada satupun hari yang tak indah
Tak ada satu hari pun yang tak bercahaya
Aku ingin satu hari lagi, untuk mengucapkan satu kata padanya
Tapi satu atau seribu hari lagi adalah sama, aku tetap akan pergi
Kau sajalah yang menyampaikan

Kebersamaan itu akan aku ingat sampai aku, kau dan dia, bertemu kembali
Satu hari nanti,
Percayalah aku akan menjadi malaikat kalian
Satu hari nanti,
Kita akan tetap bersama dalam ruang yang berbeda
Melihat dua malaikat kecil kalian beranjak dewasa
Melihat cinta kalian yang semakin bertumbuh
Satu hari nanti,
Aku akan selalu ada

Waktuku telah tiba
Malaikat yang bersayap abu-abu keperakan meraih tanganku
Sudah saatnya, demikian katanya
Kulihat iring-iringan malaikat menyambutku
Aku menoleh ke ibu ku yang terlelap, aku pergi,pamitku
Cahaya merona ketika raga dan jiwa berkeliat sontak
Melepas sukma-sukma terdalam ku
Jiwa ku melayang-layang
Melayang ringan, seringan awan
Masih diiringi puji-pujian sangkakala
Aku menuju gunung kudus Mu



R.I.P Seorang Sahabat 07121964 -15112008

SUDAH SELESAI

bulan berselimut awan
bintang tak bergemintang
angin tak berasa
dingin tak membeku
satu kata
napas ku
telah hilang
entah kemana

mdn-171008

JALAN CAHAYA

Pernah kah kau melihat matahari terbit di ufuk timur. Pelan dan berlahan menyemburatkan sinar sukacita pagi kepada mu secara kusyuk. Menyapa kulitmu bersama angin pagi, dingin, menggigilkan sendi-sendi nadimu. Menghela napas sambil melihat kepulan asap putih keluar dari rongga mulud mu yang barusan menggeretakkan gigimu tanda dingin itu terlalu menggigit sukma. Aku pernah bahkan sering. Bahkan terlalu dekat, malah. Hawa panas nan silau wahai mahatari tak sedikitpun mengubah niatku untuk menanti dan menatap semburat warna kuning keemasan muncul setiap pagi. Mulai dari rona keemasan muda , muncul berlahan,semakin kuat keemasaannya, menandakan wahai kau matahari kan menemaniku sepanjang hari ini. Kumohon selalu, antarkan aku menuju jalan cahaya mu,jika itu yang dapat membuat aku bersama dia.

Masih seperti pagi kemarin, aku masih setia menunggu mu wahai matahari,menyemburatkan sinar di ufuk timur. Aku tau, dia selalu menanti-nantikan saat ini, agar ketika dia terbangun dari tidurnya telah menemukan kau disana seraya berkata, wahai matahari , apakah malaikatku akan tetap menemaniku sepanjang hari ini ? Dan dia pun tersenyum,ketika kau menerpakan sinar ke wajahnya, seperti anggukan kepala manusia yang setuju. Dia telah mengerti arti terpaan sinar itu. Dan itulah yang membuat dia akan selalu bersemangat bersinar menjalani hari.

Pagi ini aku melihatmu bangun terburu-buru, seperti biasa kau selalu terlambat. Kau jerangkan dua ceret air di tungku, satu untuk air mandi anak-anakmu, yang satunya lagi untuk sepoci teh yang akan menghangatkan pagi kalian.
Aku tersenyum ketika kau berguman selamat pagi, seraya memandang sekilas kepadaku. Aku tau, sekilas bukan tak berarti bagimu, tapi aku tau , sekilas itu adalah mengenyahkan rasa rindumu kepada ku yang terkadang membuat kau akan berair mata jadinya. Sungguh aku pun tak ingin melihat kau berair mata di pagi ini, karena matahari pun tak akan mengamininya.

Sudah tigapuluhenam malam purnama terlewati tanpa mu
Beribu detik sudah kita lewati bersama dengan waktu cahaya yang berbeda
Bermiliar kali degupan jantungmu berdetak, aku hanya dapat mendengarnya dari jauh

Aku tau sudah tigapuluhenam malam purnama kau menunggu-nunggu
Hampir setiap malam itu, matamu berkaca-kaca
Tapi kadang kau usap cepat, seakan-akan takut ada yang melihat
Tapi terkadang kau lepaskan sedumu, lama, terisak-isak menggumankan kata yang menyayat hatiku
Aku pun ikut menangis, karena tak kuasa menghentikan isakmu.
Jarak kita terlalu dekat hanya sebatas cahaya. Hanya saja cahaya itu memiliki lorong waktu yang berbeda. Waktu tak berarti disini. Aku dapat terbang kemanapun aku pergi . Begitulah yang kulakukan setiap kali tak kuasa mendengar ratap mu, aku melayang menjauh sejauh yang aku bisa. Dan aku akan kembali lagi bersama sinar mentari pagi meronakan hatimu dengan cahaya cintaku.

Kau masih menunggu-nunggu
Kau masih berkaca-kaca
Kau masih menatap langit malam dan berguman , "aku tak melihat bintang lagi malam ini"
Hatimu berharap bintang datang malam ini
Hatimu berharap aku datang
Dan malam ini setelah tigapuluhenam malam purnama tak kita lewati bersama
Aku datang…

Kita tak bersentuhan
Hanya berdialog, dengan bibirmu yang terkatup rapat
Jiwa kita saja yang saling berbicara

"Seperti apakah rasanya," kau bertanya setelah ku katakan aku baik-baik saja
"Rasanya seperti ditiup angin, " kujawab singkat
"Apakah dingin disana," tanyamu kembali
"Dingin namun hangat," jawabku
Jeda sejenak
"Aku belum pernah merasakan dingin namun hangat, seperti apakah itu," jiwamu berguman
"Seperti ketika aku mencium keningmu dulu," aku menjelaskan
Jiwamu tersenyum, sepertinya kau mulai mengerti
"Aku begitu rindu," lanjutmu
Aku tak menjawab, namun kuhantarkan cahaya paling hangat ke jiwamu
Kau tersenyum, namun masih berkaca-kaca
Jeda kembali, cukup lama
Aku tau begitu banyak yang ingin kau ucap. Namun sepertinya jeda adalah lebih baik saat ini
"Aku selalu merasakan kau tetap ada," ucapmu
"Aku tak pernah meninggalkanmu," bisik jiwaku
"Aku selalu menunggu-nunggu saat seperti ini, namun mengapa lidahku seperti kelu," kau keluhkan rasa itu.
"Kau pikir aku tidak, aku juga demikian, kelu," jiwaku ku berkata lirih

"Terkadang aku ingin terbang melayang,mencari jiwamu,tapi aku ingat dua malaikat kecilku ini, mereka yang membuat aku mengurungkan niatku, " hatimu tak berbohong
"Aku tau. Dan ketika kau hampir melayang jauh waktu itu, aku meminta beribu-ribu malaikat mengantarmu kembali, demi dua malaikat kecil itu. Belum saatnya dan masih lama," lanjutku
"Aku begitu nelangsa tanpamu," uraimu berair mata
Jiwaku masih menghantarkan cahaya hangat masuk ke sanubari jiwamu yang terdalam
Aku ingin cahaya ini menguatkan jiwamu yang nelangsa. Biarkan cahaya jiwaku menghancurkan jiwa-jiwa nelangsamu , mendepak dari sudut jiwamu yang terdalam, menggantikan jiwamu dengan seberkas sinar cahaya jiwaku. Kemudian mengenyahkan jiwa nelangsa itu untuk selama-lamanya. Aku ingin kau hidup sebagai lentera untuk kedua malaikat kecil mu , melenterai perjalanan hidup mereka segaris hidupmu.
"Aku merasa hidupku koma, " lanjutmu "Aku merasa seperti dikutuk oleh sang khalik. Berjalan tanpa arah, berharap terlalu banyak, berdosa sedosa-dosanya, mengerdilkan diriku, berpenyakit tak terdiagnosa. Aku koma dalam tidur panjang ku. Tertatih-tatih membawa punggungku. Merasa jiwaku kosong.Hampa. Aku benar-benar koma," kudengar kau seperti meracau.Sedalam itu nelangsamu ternyata.
"Dia tak pernah mengutuk dirimu. Dia tak sekejam itu. Dia itu maha pengiba. Kau kurang dekat dengan Dia. Waktu mu mungkin terlalu mahal untuk bersanding dengan Dia. Itulah yang membuat kau merasa koma, terjebak dalam perasaan jiwamu yang kau anggap kosong itu," apakah aku keliatan seperti meracau ?

Lanjutku, "Aku sering menatapmu dari jauh, bahkan terkadang amat sangat dekat, tapi aku pun tak kuasa mengenyahkan perasaan-perasaanmu itu. Tak siapapun yang sanggup. Barang siapa yang dapat mengenyahkan rasa itu artinya dia sudah sejajar dengan sang empunya langit. Aku tau dan dapat merasakan apapun yang kau rasakan. Kerontangnya hatimu setelah kepergianku disaat satu letupan kecil di jantungmu menandakan putusnya raga duniawiku disitulah rasa itu mulai ada. Dan bagiku, tak ada yang lebih sakit melihat separoh nyawamu pun ikut melayang. Tak kuasa membawa sepotong jiwamu, karena betapa egoisnya aku jika itu kulakukan. Malaikat kecil mu lebih berhak atas sepotong jiwamu itu. Kutahankan rinduku tanpamu, melayang-layang entah kemana, mendekatimu dikala rindu membuncah, kemudian melayang-layang kembali ke berbagai penjuru langit dan ujung dunia.

"Apakah benar kita akan bersama lagi", tanyamu lirih
"Ya, jika Dia berkenan", jawabku, selirih suara sendumu
"Ada banyak hal yang kuputuskan sendiri, dan itu tidak mudah. Terkadang aku ingin menemukan jawaban yang terbaik, tapi sepertinya jauh. Andai kau ada, mungkin memutuskan lebih mudah. Aku baru mulai membiasakan mengartikan dunia tanpamu. Belajar mengerti kicauan angin, belajar mengartikan nyanyian badai, belajar mencintai dukacita, belajar mensyukuri kegalauan dan masih banyak hal yang tak kupahami. Dan itu semua kujalani tanpamu . Andai kau ada…", kau tak kuasa melanjutkan kata-kata lagi, karena keseduanmu telah menghentikannya.
Jiwaku dan jiwamu terdiam sejenak. Butiran airmatamu leleh disela-sela isakan sayup. Oh apakah penantianmu selama tigapuluhenam malam purnama harus berakhir seperti ini. Berakhir sama seperti malam-malam purnama sebelumnya. Mengisakkan tangis nan sendu. Mengakhiri malam dengan mata merah. Aku tak menginginkan itu terjadi. Pertemuan ini sudah lama kurancang. Agar kau tak menunggu-nungguku lagi. Agar kau ikhlas mengantarku. Apa yang harus kubuat?

"Pernahkah kau melihat matahari terbit di ufuk timur. Dengan cahaya keemasannya dia muncul menyapa kulitmu," jiwaku bertanya menyandarkan jiwamu.
Kau mengangguk mengiyakan. " Apa yang kau rasakan," tanyaku. Kau masih terdiam. "Hangat," lirihmu.
"Pernahkah kau melihat bintang di lintang langit," tanyaku kembali . "Pernah, "jiwamu menjawab
"Apakah yang kau rasakan," jiwaku bertanya kembali. "Hangat juga," jawabmu.
Kemudian jiwaku tersenyum kepada jiwamu yang sedikit terpaku.
Jiwaku menyampaikan ini, "Ketika kau merasakan sinar matahari dan kerlipan bintang menerpa wajahmu, kau tau, bahwa jiwaku adalah cahaya yang senantiasa menghangatkan sukma dan ragamu. Aku adalah jalan cahaya yang tak putus menerangi hidupmu. Seperti pesan terakhirku ketika masih bersamamu, jika kau menoleh, maka aku akan ada disana. Itulah janjiku.

"Berapa lama lagi," sepertinya kau tau aku akan pergi.
"Sudah waktunya," jawabku.
"Apakah akan ada hari lain seperti ini lagi," tanyamu
"Ingat janjiku, aku akan ada disana," jiwaku tersenyum menjawab
Iring-iringan cahaya dengan taburan bintang-bintang putih keperakan, dengan selaksa suara riuh merdu menggema, mengantar jiwamu pulang. Dan kau pun tersenyum, sudah kulihat sunggingan ikhlas di bibirmu. Aku tau kau telah mengerti arti penantian mu ini. Seperti pesan terakhirku, jika kau menoleh, aku ada. Aku adalah jalan cahayamu. Selamanya.


Medan 10.12.2008

In memoriam my beloved father "Bapak" 12.12.2005 - 12.12.2008

BULAN TERAKHIR TAHUN INI

Sudah bulan Desember
Sudah minggu ke dua nya
Tinggal beberapa hari lagi berakhir bulan ini
Artinya tahun 2008 akan segera berakhir pula
Masih ada beberapa hari lagi
Menuntaskan yang belum terselesaikan
Andai waktu bisa berhenti sejenak?
Tidak mungkin ya...
Hmm...
(blank)

SUKA CITA YANG LUAR BIASA

Medan,23 Desember 2008

Teman, Rekan, Sahabat dan Saudaraku,
Pada kesempatan yang indah ini
Ijinkan aku mengucapkan :
“Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2009”
Biarlah di hari yang Kudus ini, kedamaian senantian bersuka cita nan luar biasa di hati sanubari kita masing-masing
Biarlah juga suka cita yang luar biasa senantiasa kita terima pada tahun 2009 yang sebentar lagi akan kita jelang
Banyak salah ku , baik ucapan, maupun tulisan, tapi itu semua bukan bermaksud untuk membuat luka, dari hatiku yang paling dalam aku mohon maaf atas semua itu.

Rasanya begitu indah hari-hari terakhir di bulan Desember ini,
Merayakan kelahiran Yesus Kristus
Lahirlah Engkau Sang Penebus
Biarlah tanganku menjadi ayunanMu
Dan hatiku menjadi palunganMu
Selamat Datang Yesus Kristus yang lahir kembali di hati ku

Sekali lagi,
Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2009
Mari kita sambut dalam suka cita yang luar biasa

Syaloom,


Liany & Keluarga

ITS TIME TO GIVE

Seorang teman bermimpi

Malam Pertama….Aku bertemu dengan Nya, Dia mengatakan akan singgah ke rumahku nanti sore….kemudian aku menyiapkan makanan yang enak-enak untuk menyambutNya. Kupakai peralatan makan yang paling mewah yang aku punya, semua demi Dia.
Lepas jam 7 malam , Dia belum datang juga, sampai jam 9 malam, pintu rumahku diketuk. Aku membuka pintu, seorang pria dengan pakaian kumuh berdiri di hadapan ku. Ya, ada apa , kubertanya dengan sedikit curiga. Aku lapar, sudah 3 hari tidak makan, kebetulan aku lewat dan mencium aroma makanan yang membuat langkahku berhenti di depan pintu ini. Ada sedikit bimbang di hatiku, tapi entah mengapa, kupersilahkan pria itu masuk ke rumahku, makanlah…tamu yang ku tunggu belum datang juga, sudah hampir larut, mungkin Dia membatalkan rencana kedatangannya malam ini.

Malam Kedua…..Aku bertemu kembali dengan Nya. Mengapa kau ingkar ? Tanya ku pada Dia. Aku menunggumu sampa larut. Kau diam, hanya berkata, tunggulah besok, aku akan datang , pasti.
Malam itu aku kembali menyiapkan makanan yang enak-enak serta menyusun peralatan termahal ku yang pernah kumiliki. Kutata meja dengan lilin wangi dan kupakai baju yang paling indah yang ku punya. Lepas jam 9 malam, Dia belum keliatan juga, sampai jam 11 malam, pintu rumahku kembali diketuk. Aku bergegas membuka, mengharap Dia yang kujumpai di balik pintu. Ternyata, kali ini aku kembali kecewa. Dua orang anak kecil dengan pakaian yang lebih kumuh dari pria yang semalam, menengadah ke arahku. Kami lapar, sudah 4 hari tidak makan, apakah engkau dapat memberikan kami sedikit makanan. Tatapan wajah lugu mereka berdua, sontak mengibakan hatiku, masuklah, gumanku berlahan. Yang kutunggu sepertinya juga tidak jadi datang malam ini.

Malam Ketika….Aku bertemu lagi dengan Nya. Kali ini apa lagi alasanMu? Tanyaku sedikit kesal. Kau akan berjanji untuk datang kerumahku lagi ? Ya, jawabMu. Tunggulah aku, nanti malam aku akan datang dan menginap ditempatmu.
Aku masih mengharapkan kedatanganMu. Karena itu malam ini benar-benar kusiapkan hidangan yang enak luar biasa untuk menyambutMu. Gelas perak dan sendok serta garpu emas ku susun di meja makan, dengan dibalut kain sutra nan lembut dan anggur luar biasa manisnya, semuanya untuk menyambut kedatanganMu. Tak lupa kusiapkan kamar untuk tempat Kau beristirahat nanti malam, selimut bulu domba, bantal bulu angsa, serta aroma dupa wangi kutaburkan ke sekeliling kamar ini. Lepas jam 11 malam, makanan sudah begitu dingin, malam semakin larut, Kau tak datang. Betapa kesal hatiku, kembali Kau ingkari aku lagi. Tepat jam 12 malam, pintu diketuk. Setengah berlari aku bergegas membuka pintu, betapa kecewanya aku, bukan Kau yang dihadapanku. Seorang kakek tua berdiri lunglai. Anak muda, sudah 5 hari aku berjalan mencari rumah saudaraku, sepertinya aku tersesat, persediaan makananku pun sudah habis. Ijinkan aku untuk meminta sedikit makanmu. Aku mengangguk pelan. Bolehkan aku tidur di teras rumahmu ini sampai besok pagi, anak muda ? aku begitu lelah. Kau boleh menginap di kamar tamu yang telah kusiapkan. Tamu ku tidak mungkin lagi datang malam ini, sudah terlalu larut. Kupersilahkan kakek itu itu masuk dan beristirahat di kamar yang telah kusiapkan untukNya.

Malam Keempat….Aku bermimpi kembali aku bertemu dengan Nya. Aku begitu geram dan kecewa. Mengapa Engkau tega mengingkari janjiMu. Aku sudah beberapa malam ini menyiapkan makanan yang enak-enak untuk menyambutMu, bahkan sebuah kamar yang nyaman telah kusiapkan untuk Mu. Kau tersenyum. Terima kasih untuk makan yang luar biasa itu dan kamar yang nyaman dan wangi dupa itu. Aku sangat menikmatinya. Aku datang di malam pertama, si bapak tua itu, begitu bahagia dengan sambutanmu yang luar biasa . Aku datang di malam kedua, dua anak yatim piatu itu sangat bahagia sekali, belum pernah mereka makan makanan seenak dan semewah itu. Hari ketiga, si kakek tua itu, tidur di tempat tidur berselimut bulu domba. Belum pernah dia tidur sepulas itu. Aku berterima kasih atas semua penyambutanmu yang luar biasa. Apakah mereka yang datang itu adalah Engkau? Kau menyamar? Tidak…aku tidak menyamar….setiap perbuatan dan sikap mu terhadap mereka adalah perbuatanmu untuk Ku juga. Kau telah menerima dan menyambut Ku dengan menerima mereka masuk kerumah mu, menikmati yang seharusnya Ku nikmati. Itu sudah cukup. Penantianmu atas Aku telah kau buktikan dengan kerelaan mu berbagi untuk mereka. Itu sama saja dengan kau telah menyambut kedatanganKu . Aku bangga dengan mu, anak Ku…Sambutlah Aku dengan sekecil apapun yang bisa kau perbuat, walau mungkin kedatanganKu tidak seperti yang kau bayangkan dan harapkan.

*
*
*

Makna Natal bukan saja perayaan ceremonial dengan memasang perlengkapan dekorasi nan indah di mana-mana, bukan dengan makanan yang enak-enak, bukan dengan pakaian yang indah-indah, tapi bagaimana kita menerima Dia dengan tulus dan ikhlas , memberi dan berbagi kepada orang-orang yang tidak seberuntung kita. Masih belum terlambat untuk melakukannya.

Renungan Minggu Advent menjelang Natal - Medan 141208

mdn-151208

SELAMAT TAHUN BARU 2009

lelah ku tlah beranjak
bebanku tlah terangkat
lirih tlah enggan menyapa
harap ku tetap ada
hari ke dua ditahun yang baru
2009 aku siap
lalui detik bersama waktu
dengan napas yang dariMu
karnaMu aku kan selalu kuat

Selamat Tahun Baru 2009 buat semua sahabat...


mdn-020109

APA YANG PALING KITA INGINKAN DALAM HIDUP?

Apa yang paling kita inginkan dalam hidup? Hm…berderet-deret keinginan terlintas di pikiran kita, tapi paling banyak orang bilang ingin bahagia.Bahagia memang terlalu gampang disebut tapi terlalu sulit diraih. Ups, sulit ? Ya karena bahagia terlalu luas untuk diartikan. Buat orang tertentu , asal makan dan minum secukupnya serta ada pakaian layak dan rumah sekedar tempat berlindung, orang itu bilang dia sudah bahagia. Tapi ada orang yang sudah punya rumah seluas lapangan bola, dan mobil aneka merek terkenal, orang itu bilang dia tetap merasa tidak bahagia.
Ada satu cerita kecil yang mungkin bisa mengingatkan kita arti bahagia yang sebenarnya.

Pernah tidak jalan-jalan ke kebun, katakanlah kebun jeruk, rambutan atau apel ?
Ada dua orang yang ingin berjalan-jalan ke kebun , ada banyak pilihan buah-buahan disana, jeruk yang manis, rambutan yang merah, apel yang ranum, anggur yang mengkilat ingin dipetik dan dikunyah ditempat.
Kebun ini sangat luas, jalannya tidak rata, ada lembah-lembah kecil dengan deretan pohon berdiri tegak lengkap dengan buah-buahnya yang ranum yang siap dipetik, dihiasi hamparan rumput seperti karpet hijau yang menyejukkan mata. Ditengahnya ada danau kecil. Tampak angsa putih berenang di pinggiran danau, airnya berkilau diterpa cahaya matahari siang itu. Sungguh pemandangan yang indah dan menyejukkan hati.

Dua orang ini masuk ke kebun itu, tampak seorang bapak menunggu di pintu gerbang, menyambut mereka berdua “Selamat datang anak muda, selamat datang di kebun buah-buahan ini. Silahkan nikmati kebun ini sepuas anda, waktunya hanya satu jam saja, Satu jam dari sekarang, saya persilahkan anda masuk …”

Dua orang itu masuk dan mulai berjalan kea rah pepohonan. Ami, salah satu dari kedua orang tadi bergegas berjalan kearah pohon apel.Sedangkan Bayu, seorang lagi, melangkah berlahan kearah yang berlainan sambil memandang angsa yang masih aysik berenang di tepi danau dari kejauhan.
Ami, sangat kegirangan , takjub melihat apel merah bergantungan didahan, ranum menanti petikannya. Dengan cepat dan sigap Ami memetik apel-apel itu dan memasukkannya ke keranjang . Ia berjalan ke pohon yang satu ke pohon yang lain, memetik jeruk dan rambutan , dan memenuhkan keranjang nya yang semakin berat untuk dipikul. Semakin berat keranjangnya, semakin pelan dan kecapaian dia, tapi melihat buah anggur ranum di depan, membuat langkahnya semakin dipercepat, sedikit memaksa mengangkat keranjang yang tidak ringan beratnya. Buah anggur yang ranum, hijau dan ungu kehitaman, dipetiknya seperti tidak akan pernah lagi melihat anggur seperti itu. Tepat satu jam Ami sampai di pintu gerbang keluar. Bapak si empunya kebun telah menanti dia di depan gerbang bertuliskan “selamat jalan”. Hai Ami, buah apa yang paling manis kau rasakan tadi, yang mana yang paling kau suka ? Tanya si Bapak. Ami terkejut. Dia terlalu girang dan bersemangat memetik buah , terlalu lelah berjalan, telalu letih mengangkat keranjang, sampai dia lupa memakan buah yang telah diambilnya tadi. Saya lupa memakan buahnya Pak Tua, saya tidak tau buah mana yang paling enak, dan yang paling saya suka, jawabnya. Tak berapa lama Bayu datang menemui mereka sambil membawa beberapa buah apel, jeruk, anggur dan rambutan. Bayu tidak tampak kelelahan, dia keliatan segar dan berbinar-binar. Hai Ami, dari tadi aku memanggil-manggil kamu, tapi kamu tidak mendengar. Hai Bayu, iya tadi saya tidak mendengar kamu memanggil saya, ada apa ?. Jawab Bayu, tadi saya ingin mengajak kamu duduk-duduk di ujung lembah itu, sambil memandang dari sana, hamparan pohon-pohon ini sungguh indah sekali, sambil menikmati buah rambutan yang paling manis yang pernah saya makan. Tapi karena kamu tak mendengar, saya bertemu dengan orang lain, dan kami bercerita hal-hal yang lucu dan menarik sambil menikmati buah-buahan yang kupetik diperjalanku tadi. Sungguh pengalaman yang luar biasa tadi itu. Apalagi kami menikmati jeruk dan anggur yang paling manis sekali. Nikmat sekali berbagi itu ternyata. Aku ingin mengulangnya sekali lagi.

Mendengar cerita Bayu, Ami menyadari bahwa ia telah melewati saat-saat yg indah sepanjang perjalanan di kebun tadi.
Ia sampai lupa memakannya serta tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua buah itu ke dalam
keranjangnya, karena kawatir waktu satu jam tidak cukup.Ami menyadari suatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang
berapa banyak buah yang telah saya kumpulkan.Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."

Kita memang sering sekali mekukan yang dilakukan Ami. Masih ingatkah apa yang telah kita lakukan sepanjang tahun yang lalu. Pergi kerja, pulang larut, bahkan masih bekerja lagi di rumah. Anak-anak sudah tidur pulas, tak sempat bermain dengan kita. Ketika mereka mendekat , kita telalu lelah dan capai, sehingga kadang kata-kata bentakkan yang keluar dari mulud kita, Papa capek, Mama lelah dan anak-anak semakin menjauh dan lebih dekat dengan pengasuhnya.
Atau pulang kerja langsung tidur tanpa berkomunikasi dengan seisi rumah, dengan orang tua kita, dengan saudara-saudara kita, dengan alasan, terlalu capai dikantor, sehingga kita tak punya waktu menikmati bercengkerama dengan keluarga. Waktu hilang berganti, tanpa kita sadari jarak semakin ada diatara seisi rumah tempat kita tinggal. Satu sama lain menjadi seperti orang asing. Apalagi dengan tetangga lingkungan sekitar, lebih tak ada waktu lagi berbagi dan bersilaturahmi.

Kita terlalu rela mengorbankan kebahagian yang kita inginkan, hanya karena kita sering berpikir karena waktu yang singkat. Kata Nantilah menjadi sering kita jadikan alas an. Nantilah, jika aku sudah menikah. Nantilah jika aku sudah punya penghasilan yang banyak, Nantilah jika anak-anakku sudah besar. Dan masih banyak lagi kata Nanti yang kita ucapkan dengan beribu alas an. Tapi sadarkah kita, jika nanti itu sudah datang, apakah kita masih bisa menikmatinya. Ketika anak-anak sudah sibuk dengan kegiatannya dan bertambah dewasa, ketika orang tua kita sudah tidak ada, ketika saudara kita sudah semakin jauh , ketika tetangga kiri kanan silih berganti menjadi orang-orang yang semakin tidak dikenal. Apakah kita masih bisa menikmatinya nanti ?

Kita sering mempercepat ritme kehidupan kita demi satu kata kebahagian. Tapi karena kita melakukannya terlalu cepat, kita lupa menikmatinya. Tidak melihat anak-anak bertumbuh, tidak melihat orang tua ataupun saudara kita telah bertambah tua, tidak melihat sekitar kita yang semakin ramai dan berubah, sampai kita pun tak mengenali mereka lagi. Mari kita kurangi kecepatan ritme hidup kita, sambil menikmati setiap detik yang diberi, bercanda dengan anak-anak kita, mendengar kan cerita keseharian mereka, bercengkerama dengan saudara dan orang tua kita, saling bertegur sapa dengan tetangga kita, saling memberi dengan sekitar kita.

Masih awal tahun. Masih sempat memulai yang baru. Jika tahun lalu kita melakukan hal yang sama seperti Ami, mari kita berjanji tak akan melakukannya lagi. Hidup akan lebih bermakna jika kita menikmati setiap detik waktu dengan berbagi, berkomunikasi dengan kasih dan hati yang tulus. Apa yang keliatan indah di depan mata saat ini, tidak selalu akan membawa kebahagiaan yang damai, pada akhirnya. Nikmati setiap waktu yang kau punya, karena dia tidak akan pernah kembali.

Sekali lagi…Selamat Tahun Baru 2009 Sukses untuk kita semua…
(sudah berapa kali aku ucapkan kalimat ini ???? aku senang karena masih bisa mengucapkan kalimat ini lagi)


mdn-0601-9

*KETIKA ADA JEDA YANG MENGINGATKAN*

menatap mata itu
melihat bayang-bayang lewat
mendung diluar menggayut
mendung di matamu pun demikian
detik yang tak berhenti
mengiringi ku tak berjeda
iringan lagu ini sangat mengiris
mengirisku setiap saat
ada yang semakin jauh
jauh dan semakin jauh
tapi ia tetap tinggal disini
seperti bayangan diriku
di terik nya siang
seperti itulah kelam mata mu
mengikuti aku berjalan
melewati hari demi hari
dengan kedua mata
yang bergayut mendung
aku ingin pulang
sebentar…


mdn-290109

MIMPI

sekali lagi tentang bintang disini
jangan menolak berkata bintang
karena bintang adalah segalanya buat ku
di kala gulita ada
kaulah sinar terang ku
ah ternyata yang tadi malam bukan supernova
bukan juga bintang stella
apa namanya ?
percik silau di langit nan gulita
dengan suara tak menggema
sesayup seperti desau angin
berguman rangkaian syair
tadi pagi terjawab sudah
tadi malam itu hanya bintang biasa
yang mampir sebentar untuk pulang
singgah sebentar menjengukku
apa khabar ?


mdn-300109

MENUNGGUMU

memperhatikan detik jam
mendendangkan dua nada bergantian
dengan tempo yang seirama
mendengar detik berselang
berseling dengan dengus napasku
sesekali aku menghela
sedikit udara kutelan lewat rongga
terus-terus kuperhatikan detiknya berjalan
mengapa pelan ?
terdiam sejenak
membayangkan engkau pun disana gelisah
sesekali kau pun menghela
menarik udara, mengembuskannya lagi
sembari memperhatikan detik jam
sudah lima malam
tak kunjung berakhir
detik jam tetap mendendangkan dua nada bergantian
dengan tempo yang tetap seirama
aku masih menghela
terasa lama...


mdn-060209

SIANG INI

Ada debu berkejaran
Berkejar dengan angin
Ada daun kering coklat kemerahan
Berkejar pula dengan angin
Debu melayang berputar dengan daun kering yang berterbangan
Peluh ku pun berkeringat
Gerah amat sangat di tengah terik
Siang ini terlalu panas
Panas teramat panas
Aku begitu dahaga
Kuhanya ingin sepercik air saja

mdn-120209

KARENA CINTA ADA

ketika benang-benang kusut itu semakin kusut
kuulur berlahan pelan dan pelan
walau tak mudah menatanya kembali
aku yakin pasti bisa
kuulur perlahan pelan dan pasti
semakin pasti karena kuliat kusut nya mulai terangkai
ada yg nyaris putus, kusambung, kuikat
tetap kuulur berlahan pelan dan semakin pasti
sudah makin beraturan
aku masih mengulur perlahan
pelan dan yakin
waktu jua yang selalu setia menemani
berkata pada ku agar jangan berhenti menata
yakin dan percaya
teruslah mengulur walau pelan dan perlahan
benang kusut itu satu waktu
akan berangkai kembali
karena cinta ada...

mdn 140209

DAN DIAPUN TERBANGLAH

Jika aku pernah mengetahui bahwa
kenangan adalah yang tak dapat dibeli
dan tak dapat diganti
oleh apapun,
Dapatkah kenangan dipersalahkan jika ia ingin dilupakan ?

Jika dia memaksa dilupakan
sementara aku tak kuasa menjalaninya
apakah aku harus berdaya menghadapinya ?

Apa jadinya jika suatu saat aku menyesal
Jika yang kuharapkan tak seperti kenangan
Sementara kenangan meronta ingin lepas dari jiwaku?

MENIKMATI SONATA GERIMIS DI PAGI HARI

Adalah lelah telah berlalu
Ketika pagi menyeruak bersama embun
Membangunkanku dari lelap
Sembari berbisik…selamat pagi

Mengapa pagi ini sedikit kelam ?
Langit tak sebersih kemarin
Hm rasanya sebentar lagi akan hujan
Jeda sejenak ku perhatikan hari baru diluar sana
Mengintip dari kisi-kisi jendela
apakah karena kaca jendela telah mulai kusam ?
Sehingga di luar pagi terliat kurang bercahaya
Oh bukan salah kaca ini ternyata
Dengarlah ada nada yang sudah lama tak kudengar
Ya gerimis sudah kembali
Melihat tarian gerimis dari langit
Lembut perlahan menyentuh hijau rerumputan
Mereka berkejar dari langit,
berlomba turun begitu bahagia
Sudah berapa lama engkau tak menyapa rumput halamanku?
dan menyinggahi daun-daun pohon jambu ku?
Menikmati sonata gerimis di minggu pagi
Merdu nian…

Mdn-220209

PAGI

dibawah mentari dalam damai pagi
dengan cahaya menyemburat bersinar merona
layaknya seperti mahluk yang sedang jatuh cinta
sinarmu menyapa kulit,
sedikit hangat karena dingin sisa subuh masih terasa
hangat pipimu beradu dengan pipiku
ditemani sepoci teh hangat untuk kita berdua
selamat pagi sayang
ah indahnya hari ini…

mdn-210209