Senin, Maret 02, 2009

APA YANG PALING KITA INGINKAN DALAM HIDUP?

Apa yang paling kita inginkan dalam hidup? Hm…berderet-deret keinginan terlintas di pikiran kita, tapi paling banyak orang bilang ingin bahagia.Bahagia memang terlalu gampang disebut tapi terlalu sulit diraih. Ups, sulit ? Ya karena bahagia terlalu luas untuk diartikan. Buat orang tertentu , asal makan dan minum secukupnya serta ada pakaian layak dan rumah sekedar tempat berlindung, orang itu bilang dia sudah bahagia. Tapi ada orang yang sudah punya rumah seluas lapangan bola, dan mobil aneka merek terkenal, orang itu bilang dia tetap merasa tidak bahagia.
Ada satu cerita kecil yang mungkin bisa mengingatkan kita arti bahagia yang sebenarnya.

Pernah tidak jalan-jalan ke kebun, katakanlah kebun jeruk, rambutan atau apel ?
Ada dua orang yang ingin berjalan-jalan ke kebun , ada banyak pilihan buah-buahan disana, jeruk yang manis, rambutan yang merah, apel yang ranum, anggur yang mengkilat ingin dipetik dan dikunyah ditempat.
Kebun ini sangat luas, jalannya tidak rata, ada lembah-lembah kecil dengan deretan pohon berdiri tegak lengkap dengan buah-buahnya yang ranum yang siap dipetik, dihiasi hamparan rumput seperti karpet hijau yang menyejukkan mata. Ditengahnya ada danau kecil. Tampak angsa putih berenang di pinggiran danau, airnya berkilau diterpa cahaya matahari siang itu. Sungguh pemandangan yang indah dan menyejukkan hati.

Dua orang ini masuk ke kebun itu, tampak seorang bapak menunggu di pintu gerbang, menyambut mereka berdua “Selamat datang anak muda, selamat datang di kebun buah-buahan ini. Silahkan nikmati kebun ini sepuas anda, waktunya hanya satu jam saja, Satu jam dari sekarang, saya persilahkan anda masuk …”

Dua orang itu masuk dan mulai berjalan kea rah pepohonan. Ami, salah satu dari kedua orang tadi bergegas berjalan kearah pohon apel.Sedangkan Bayu, seorang lagi, melangkah berlahan kearah yang berlainan sambil memandang angsa yang masih aysik berenang di tepi danau dari kejauhan.
Ami, sangat kegirangan , takjub melihat apel merah bergantungan didahan, ranum menanti petikannya. Dengan cepat dan sigap Ami memetik apel-apel itu dan memasukkannya ke keranjang . Ia berjalan ke pohon yang satu ke pohon yang lain, memetik jeruk dan rambutan , dan memenuhkan keranjang nya yang semakin berat untuk dipikul. Semakin berat keranjangnya, semakin pelan dan kecapaian dia, tapi melihat buah anggur ranum di depan, membuat langkahnya semakin dipercepat, sedikit memaksa mengangkat keranjang yang tidak ringan beratnya. Buah anggur yang ranum, hijau dan ungu kehitaman, dipetiknya seperti tidak akan pernah lagi melihat anggur seperti itu. Tepat satu jam Ami sampai di pintu gerbang keluar. Bapak si empunya kebun telah menanti dia di depan gerbang bertuliskan “selamat jalan”. Hai Ami, buah apa yang paling manis kau rasakan tadi, yang mana yang paling kau suka ? Tanya si Bapak. Ami terkejut. Dia terlalu girang dan bersemangat memetik buah , terlalu lelah berjalan, telalu letih mengangkat keranjang, sampai dia lupa memakan buah yang telah diambilnya tadi. Saya lupa memakan buahnya Pak Tua, saya tidak tau buah mana yang paling enak, dan yang paling saya suka, jawabnya. Tak berapa lama Bayu datang menemui mereka sambil membawa beberapa buah apel, jeruk, anggur dan rambutan. Bayu tidak tampak kelelahan, dia keliatan segar dan berbinar-binar. Hai Ami, dari tadi aku memanggil-manggil kamu, tapi kamu tidak mendengar. Hai Bayu, iya tadi saya tidak mendengar kamu memanggil saya, ada apa ?. Jawab Bayu, tadi saya ingin mengajak kamu duduk-duduk di ujung lembah itu, sambil memandang dari sana, hamparan pohon-pohon ini sungguh indah sekali, sambil menikmati buah rambutan yang paling manis yang pernah saya makan. Tapi karena kamu tak mendengar, saya bertemu dengan orang lain, dan kami bercerita hal-hal yang lucu dan menarik sambil menikmati buah-buahan yang kupetik diperjalanku tadi. Sungguh pengalaman yang luar biasa tadi itu. Apalagi kami menikmati jeruk dan anggur yang paling manis sekali. Nikmat sekali berbagi itu ternyata. Aku ingin mengulangnya sekali lagi.

Mendengar cerita Bayu, Ami menyadari bahwa ia telah melewati saat-saat yg indah sepanjang perjalanan di kebun tadi.
Ia sampai lupa memakannya serta tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua buah itu ke dalam
keranjangnya, karena kawatir waktu satu jam tidak cukup.Ami menyadari suatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang
berapa banyak buah yang telah saya kumpulkan.Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."

Kita memang sering sekali mekukan yang dilakukan Ami. Masih ingatkah apa yang telah kita lakukan sepanjang tahun yang lalu. Pergi kerja, pulang larut, bahkan masih bekerja lagi di rumah. Anak-anak sudah tidur pulas, tak sempat bermain dengan kita. Ketika mereka mendekat , kita telalu lelah dan capai, sehingga kadang kata-kata bentakkan yang keluar dari mulud kita, Papa capek, Mama lelah dan anak-anak semakin menjauh dan lebih dekat dengan pengasuhnya.
Atau pulang kerja langsung tidur tanpa berkomunikasi dengan seisi rumah, dengan orang tua kita, dengan saudara-saudara kita, dengan alasan, terlalu capai dikantor, sehingga kita tak punya waktu menikmati bercengkerama dengan keluarga. Waktu hilang berganti, tanpa kita sadari jarak semakin ada diatara seisi rumah tempat kita tinggal. Satu sama lain menjadi seperti orang asing. Apalagi dengan tetangga lingkungan sekitar, lebih tak ada waktu lagi berbagi dan bersilaturahmi.

Kita terlalu rela mengorbankan kebahagian yang kita inginkan, hanya karena kita sering berpikir karena waktu yang singkat. Kata Nantilah menjadi sering kita jadikan alas an. Nantilah, jika aku sudah menikah. Nantilah jika aku sudah punya penghasilan yang banyak, Nantilah jika anak-anakku sudah besar. Dan masih banyak lagi kata Nanti yang kita ucapkan dengan beribu alas an. Tapi sadarkah kita, jika nanti itu sudah datang, apakah kita masih bisa menikmatinya. Ketika anak-anak sudah sibuk dengan kegiatannya dan bertambah dewasa, ketika orang tua kita sudah tidak ada, ketika saudara kita sudah semakin jauh , ketika tetangga kiri kanan silih berganti menjadi orang-orang yang semakin tidak dikenal. Apakah kita masih bisa menikmatinya nanti ?

Kita sering mempercepat ritme kehidupan kita demi satu kata kebahagian. Tapi karena kita melakukannya terlalu cepat, kita lupa menikmatinya. Tidak melihat anak-anak bertumbuh, tidak melihat orang tua ataupun saudara kita telah bertambah tua, tidak melihat sekitar kita yang semakin ramai dan berubah, sampai kita pun tak mengenali mereka lagi. Mari kita kurangi kecepatan ritme hidup kita, sambil menikmati setiap detik yang diberi, bercanda dengan anak-anak kita, mendengar kan cerita keseharian mereka, bercengkerama dengan saudara dan orang tua kita, saling bertegur sapa dengan tetangga kita, saling memberi dengan sekitar kita.

Masih awal tahun. Masih sempat memulai yang baru. Jika tahun lalu kita melakukan hal yang sama seperti Ami, mari kita berjanji tak akan melakukannya lagi. Hidup akan lebih bermakna jika kita menikmati setiap detik waktu dengan berbagi, berkomunikasi dengan kasih dan hati yang tulus. Apa yang keliatan indah di depan mata saat ini, tidak selalu akan membawa kebahagiaan yang damai, pada akhirnya. Nikmati setiap waktu yang kau punya, karena dia tidak akan pernah kembali.

Sekali lagi…Selamat Tahun Baru 2009 Sukses untuk kita semua…
(sudah berapa kali aku ucapkan kalimat ini ???? aku senang karena masih bisa mengucapkan kalimat ini lagi)


mdn-0601-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar