Kamis, Maret 19, 2009

MENANTI BIANGLALA

alur menggapai mengapit jingga
langit berbaur merapatkan nokhta
cakrawala mengerut menandakan apa
sontak angin mendadak hampa
muludku kelu dan tercekat
ada apa gerangan ?
mengapa degup semakin keras
gemetar aku serasa diremas
seperti tulang ditarik dua arah
jingga mengapa kau menatapku saja ?
pinggiran langit membisu
tak hendak menyapaku walau sebentar
aku masih tercekat
tak mampu menepis degup
semakin kencang dan keras
aku ingin menyembunyikan rasa ini
demi menunggu bianglala
yang kan muncul di langit gulita
mungkin kah ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar