Seorang teman bermimpi
Malam Pertama….Aku bertemu dengan Nya, Dia mengatakan akan singgah ke rumahku nanti sore….kemudian aku menyiapkan makanan yang enak-enak untuk menyambutNya. Kupakai peralatan makan yang paling mewah yang aku punya, semua demi Dia.
Lepas jam 7 malam , Dia belum datang juga, sampai jam 9 malam, pintu rumahku diketuk. Aku membuka pintu, seorang pria dengan pakaian kumuh berdiri di hadapan ku. Ya, ada apa , kubertanya dengan sedikit curiga. Aku lapar, sudah 3 hari tidak makan, kebetulan aku lewat dan mencium aroma makanan yang membuat langkahku berhenti di depan pintu ini. Ada sedikit bimbang di hatiku, tapi entah mengapa, kupersilahkan pria itu masuk ke rumahku, makanlah…tamu yang ku tunggu belum datang juga, sudah hampir larut, mungkin Dia membatalkan rencana kedatangannya malam ini.
Malam Kedua…..Aku bertemu kembali dengan Nya. Mengapa kau ingkar ? Tanya ku pada Dia. Aku menunggumu sampa larut. Kau diam, hanya berkata, tunggulah besok, aku akan datang , pasti.
Malam itu aku kembali menyiapkan makanan yang enak-enak serta menyusun peralatan termahal ku yang pernah kumiliki. Kutata meja dengan lilin wangi dan kupakai baju yang paling indah yang ku punya. Lepas jam 9 malam, Dia belum keliatan juga, sampai jam 11 malam, pintu rumahku kembali diketuk. Aku bergegas membuka, mengharap Dia yang kujumpai di balik pintu. Ternyata, kali ini aku kembali kecewa. Dua orang anak kecil dengan pakaian yang lebih kumuh dari pria yang semalam, menengadah ke arahku. Kami lapar, sudah 4 hari tidak makan, apakah engkau dapat memberikan kami sedikit makanan. Tatapan wajah lugu mereka berdua, sontak mengibakan hatiku, masuklah, gumanku berlahan. Yang kutunggu sepertinya juga tidak jadi datang malam ini.
Malam Ketika….Aku bertemu lagi dengan Nya. Kali ini apa lagi alasanMu? Tanyaku sedikit kesal. Kau akan berjanji untuk datang kerumahku lagi ? Ya, jawabMu. Tunggulah aku, nanti malam aku akan datang dan menginap ditempatmu.
Aku masih mengharapkan kedatanganMu. Karena itu malam ini benar-benar kusiapkan hidangan yang enak luar biasa untuk menyambutMu. Gelas perak dan sendok serta garpu emas ku susun di meja makan, dengan dibalut kain sutra nan lembut dan anggur luar biasa manisnya, semuanya untuk menyambut kedatanganMu. Tak lupa kusiapkan kamar untuk tempat Kau beristirahat nanti malam, selimut bulu domba, bantal bulu angsa, serta aroma dupa wangi kutaburkan ke sekeliling kamar ini. Lepas jam 11 malam, makanan sudah begitu dingin, malam semakin larut, Kau tak datang. Betapa kesal hatiku, kembali Kau ingkari aku lagi. Tepat jam 12 malam, pintu diketuk. Setengah berlari aku bergegas membuka pintu, betapa kecewanya aku, bukan Kau yang dihadapanku. Seorang kakek tua berdiri lunglai. Anak muda, sudah 5 hari aku berjalan mencari rumah saudaraku, sepertinya aku tersesat, persediaan makananku pun sudah habis. Ijinkan aku untuk meminta sedikit makanmu. Aku mengangguk pelan. Bolehkan aku tidur di teras rumahmu ini sampai besok pagi, anak muda ? aku begitu lelah. Kau boleh menginap di kamar tamu yang telah kusiapkan. Tamu ku tidak mungkin lagi datang malam ini, sudah terlalu larut. Kupersilahkan kakek itu itu masuk dan beristirahat di kamar yang telah kusiapkan untukNya.
Malam Keempat….Aku bermimpi kembali aku bertemu dengan Nya. Aku begitu geram dan kecewa. Mengapa Engkau tega mengingkari janjiMu. Aku sudah beberapa malam ini menyiapkan makanan yang enak-enak untuk menyambutMu, bahkan sebuah kamar yang nyaman telah kusiapkan untuk Mu. Kau tersenyum. Terima kasih untuk makan yang luar biasa itu dan kamar yang nyaman dan wangi dupa itu. Aku sangat menikmatinya. Aku datang di malam pertama, si bapak tua itu, begitu bahagia dengan sambutanmu yang luar biasa . Aku datang di malam kedua, dua anak yatim piatu itu sangat bahagia sekali, belum pernah mereka makan makanan seenak dan semewah itu. Hari ketiga, si kakek tua itu, tidur di tempat tidur berselimut bulu domba. Belum pernah dia tidur sepulas itu. Aku berterima kasih atas semua penyambutanmu yang luar biasa. Apakah mereka yang datang itu adalah Engkau? Kau menyamar? Tidak…aku tidak menyamar….setiap perbuatan dan sikap mu terhadap mereka adalah perbuatanmu untuk Ku juga. Kau telah menerima dan menyambut Ku dengan menerima mereka masuk kerumah mu, menikmati yang seharusnya Ku nikmati. Itu sudah cukup. Penantianmu atas Aku telah kau buktikan dengan kerelaan mu berbagi untuk mereka. Itu sama saja dengan kau telah menyambut kedatanganKu . Aku bangga dengan mu, anak Ku…Sambutlah Aku dengan sekecil apapun yang bisa kau perbuat, walau mungkin kedatanganKu tidak seperti yang kau bayangkan dan harapkan.
*
*
*
Makna Natal bukan saja perayaan ceremonial dengan memasang perlengkapan dekorasi nan indah di mana-mana, bukan dengan makanan yang enak-enak, bukan dengan pakaian yang indah-indah, tapi bagaimana kita menerima Dia dengan tulus dan ikhlas , memberi dan berbagi kepada orang-orang yang tidak seberuntung kita. Masih belum terlambat untuk melakukannya.
Renungan Minggu Advent menjelang Natal - Medan 141208
mdn-151208
Tidak ada komentar:
Posting Komentar