Oh betapa nestapa sungguh tiada nan ramah terlihat
Celaan dan sumpahan menjadi makanan
Seakan-akan adalah vitamin kehidupan
Menambah energi raga jiwa gelapnya
Kepongahan adalah nadi yang membakar
Adalah heran jika sabar
Amarah menjadi adat istiadat
Mencekik bahasa hujat menghujat
Duhai adakah yang melihat ?
Seonggok jiwa kedinginan
Lapar dahaga menjadi teman
Nista di hina di pandang bagai si buruk rupa
Duhai adakah yang melihat ?
Seonggok jiwa terbodoh tak ber asa
Lapar bahasa lapar ilmu
Terseok-seok mengais diantara nista
Tangisan langit tangisan dunia
Merintih mendengar dendang serapah
Mengapalah carut marut tak pernah usai
Dimanakah jiwa-jiwa damai yang dahulu ?
Apatah murka RAJA tak berarti tanda ?
Tak gentarkah jika cobaan itu kembali dihantar ?
Tonggak panas yang diperebutkan
Menjadi saksi bahwa damai tlah tiada
Jika angkara menjadi murka
Dan jiwa-jiwa langitpun menangis
Apakah aku harus terpaku dalam diam
Mungkin menunggu RAJA kembali adalah harap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar